KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA
Oleh Masnur Muslich
Konsep Dasar Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering kita dengar, bahkan pernah kita pakai. Misalnya dalam kalimat “Bagaimana kedudukan dia sekarang?”, “Apa fungsi baut yang Saudara pasang pada mesin ini?”, dan sebagainya. Kalau kita pernah memakai kedua istilah itu tentunya secara tersirat kita sudah mengerti maknanya. Hal ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa? Samakah dengan pengertian yang pernah kita pakai?
Kita tahu bahwa bahasa sebagai alat komunikasi lingual manusia, baik secara terlisan maupun tertulis. Ini adalah fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai-nilai sosial. Setelah dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, yang di dalamnya selalu ada nilai-nilai dan status, bahasa tidak dapat ditinggalkan. Ia selalu mengikuti kehidupan manusia sehari-hari, baik sebagai manusia anggota suku maupun anggota bangsa. Karena kondisi dan pentingnya bahasa itulah, maka ia diberi ‘label’ secara eksplisit oleh pemakainya yang berupa kedudukan dan fungsi tertentu.
Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya (baca: masyarakat bahasa) perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikan akan mempengaruhi masa depan bahasa yang bersangkutan. Pemakainya akan menyikapinya secara jelas terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannya sesuai dengan ‘label’ yang dikenakan padanya.
Di pihak lain, bagi masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan dapat ‘memilah-milahkan’ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang digunakannya. Mereka tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka bisa mengetahui kapan dan dalam situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa yang lainnya dipakai. Dengan demikian perkembangan bahasa (-bahasa) itu akan menjadi terarah. Pemakainya akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya dengan, antara lain, menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang ‘masuk’ ke dalamnya. Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan diterima, sedangkan unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak.
Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan, misalnya, suatu unsur lain yang mempengaruhinya layak diterima, dan kapan seharusnya ditolak. Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah yang bersangkutan. Di negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah bahasa.
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Janganlah sekali-kali disangka bahwa berhasilnya bangsa
Kami poetera dan poeteri
mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa
Kami poetera dan poeteri
mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.
Dari ketiga butir di atas yang paling menjadi perhatian pengamat (baca: sosiolog) adalah butir ketiga. Butir ketiga itulah yang dianggap sesuati yang luar biasa. Dikatakan demikian, sebab negara-negara lain, khususnya negara tetangga kita, mencoba untuk membuat hal yang sama selalu mengalami kegagalan yang dibarengi dengan bentrokan sana-sini. Oleh pemuda kita, kejadian itu dilakukan tanpa hambatan sedikit pun, sebab semuanya telah mempunyai kebulatan tekad yang sama. Kita patut bersyukur dan angkat topi kepada mereka.
Kita tahu bahwa saat itu, sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda, bahasa Melayu dipakai sebagai lingua franca di seluruh kawasan tanah air kita. Hal itu terjadi sudah berabad-abad sebelumnya. Dengan adanya kondisi yang semacam itu, masyarakat kita sama sekali tidak merasa bahwa bahasa daerahnya disaingi. Di balik itu, mereka telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat perhubungan antar suku, sebab yang diajak komunikasi juga mempunyai bahasa daerah tersendiri. Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini pun tidak akan mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi kedaerahan dan tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacam itulah, khusunya pemuda-pemudanya yang mendukung lancarnya inspirasi sakti di atas.
Apakah ada bedanya bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928? Perbedaan ujud, baik struktur, sistem, maupun kosakata jelas tidak ada. Jadi, kerangkanya sama. Yang berbeda adalah semangat dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih bersifat kedaerahan atau jiwa Melayu. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahsa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa
“Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975 antara lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya antardaerah.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia ‘memancarkan’ nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan ‘lambang’ bangsa
Dengan fungsi yang ketiga memungkinkan masyarakat
Dengan fungsi keempat, bahasa Indonesia sering kita rasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkan saja apabila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari suku lain yang berlatar belakang bahasa berbeda, mungkinkah kita dapat bertukar pikiran dan saling memberikan informasi? Bagaimana cara kita seandainya kita tersesat jalan di daerah yang masyarakatnya tidak mengenal bahasa
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi
Sebagaimana kedudukannya sebagai bhasa nasional, bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi pun mengalami perjalanan sejarah yang panjang. Hal ini terbukti pada uraian berikut.
Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Ini tidak berarti sebelumnya tidak ada. Ia merupakan sambungan yang tidak langsung dari bahasa Melayu. Dikatakan demikian, sebab pada waktu itu bahasa Melayu masih juga digunakan dalam lapangan atau ranah pemakaian yang berbeda. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar situasi pemerintahan tersebut oleh pemerintah yang mendambakan persatuan Indonesia dan yang menginginkan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme pemakaian bahasa yang sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya: jiwa kolonial dan jiwa nasional.
Secara terperinci perbedaan lapangan atau ranah pemakaian antara kedua bahasa itu terlihat pada perbandingan berikut ini.
Bahasa Melayu: | Bahasa Indonesia: |
a. Bahasa resmi kedua di samping bahasa Belanda, terutama untuk tingkat yang dianggap rendah. b. Bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang didirikan atau menurut sistem pemerintah Hindia Belanda. c. Penerbitan-penerbitan yang dikelola oleh jawatan pemerintah Hindia Belanda. | a. Bahasa yang digunakan dalam gerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan b. Bahasa yang digunakan dalam penerbitan-penerbitan yang bertuju-an untuk mewujudkan cita-cita perjuangan kemerdekaan 1) bahasa pers, 2) bahasa dalam hasil sastra. |
Kondisi di atas berlangsung sampai tahun 1945.
Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan
Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagai bahasa negara apabila (1) bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar penduduk negara itu, (2) secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya, dan (3) bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu. Bahasa-bahasa yang terdapat di
Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai
(1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
(3) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan
(4) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.
Keempat fungsi itu harus dilaksanakan, sebab minimal empat fungsi itulah memang sebagai ciri penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagai bahasa negara.
Pemakaian pertama yang membuktikan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaran ialah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
Keputusan-keputusan, dokumen-dokumen, dan surat-surat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan lembaga-lembaganya dituliskan di dalam bahasa
Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia dipakai sebagai bhasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Hanya saja untuk kepraktisan, beberapa lembaga pendidikan rendah yang anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daerah) menggunakan bahasa pengantar bahasa daerah anak didik yang bersangkutan. Hal ini dilakukan sampai kelas tiga Sekolah Dasar.
Sebagai konsekuensi pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan tersebut, maka materi pelajaran ynag berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa
Sebagai fungsinya di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi
Akhirnya, sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan teknologi, bahasa Indonesia terasa sekali manfaatnya. Kebudayaan nasional yang beragam itu, yang berasal dari masyarakat
Perbedaan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara/Resmi
Perbedaan dari Segi Ujudnya
Apabila kita mendengarkan pidato sambutan Menteri Sosial dalm rangka peringatan Hari Hak-hak Asasi Manusia dan pidato sambutan Menteri Muda Usaha wanita dalam rangka peringatan Hari Ibu, misalnya, tentunya kita tidak menjumpai kalimat-kalimat yang semacam ini.
“Sodara-sodara! Ini hari adalah hari yang bersejarah. Sampeyan tentunya udah tau, bukan? Kalau kagak tau yang kebacut, gitu aja”.
Kalimat yang semacam itu juga tidak pernah kita jumpai pada waktu kita membaca surat-surat dinas, dokumen-dokumen resmi, dan peraturan-peraturan pemerintah.
Di sisi lain, pada waktu kita berkenalan dengan seseorang yang berasal dari daerah atau suku yang berbeda, pernahkah kita memakai kata-kata seperti ‘kepingin’, ‘paling banter’, ‘kesusu’ dan ‘mblayu’? Apabila kita menginginkan tercapainya tujuan komunikasi, kita tidak akan menggunakan kata-kata yang tidak akan dimengerti oleh lawan bicara kita sebagaimana contoh di atas. Kita juga tidak akan menggunakan struktur-struktur kalimat yang membuat mereka kurang memahami maksudnya.
Yang menjadi masalah sekarang ialah apakah ada perbedan ujud antara bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi sebagaimana yang kita dengar dan kita baca pada contoh di atas, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, sebagaimana yang pernah juga kita lakukan pada saat berkenalan dengan seeorang lain daerah atau lain suku? Perbedaan secara khusus memang ada, misalnya penggunaan kosakata dan istilah. Hal ini disebabkan oleh lapangan pembicaraannya berbeda. Dalam lapangan politik diperlukan kosakata tertentu yang berbeda dengan kosakata yang diperlukan dalam lapangan administrasi. Begitu juga dalam lapangan ekonomi, sosial, dan yang lain-lain. Akan tetapi, secara umum terdapat kesamaan. Semuanya menggunakan bahasa yang berciri
Perbedaan dari Proses Terbentuknya
Secara implisit, perbedaan dilihat dari proses terbentuknya antara kedua kedudukan bahasa
Sudah kita pahami pada uraian terdahulu bahwa latar belakang timbulnya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara jelas-jelas berbeda. Adanya kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional didorong oleh rasa persatuan bangsa
Berbeda halnya dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi. Terbentuknya bahasa
Dengan demikian jelaslah bahwa dualisme kedudukan bahasa Indonesia tersebut dilatarbelakangi oleh proses pembentukan yang berbeda.
Perbedaan dari Segi Fungsinya
Setelah kita menelaah uraian terdahulu, kita mengetahui bahwa fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berbeda sekali dengan fungsi kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Perbedan itu terlihat pada wilayah pemakaian dan tanggung jawab kita terhadap pemakaian fungsi itu. Kapan bahasa
Yang menjadi masalah kita adalah perbedaan sehubungan dengn tanggung jawab kita terhadp pemakaian fungsi-fungsi itu. Apabila kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai fungsi tertentu, terdapat kaitan apa dengan kita? Kita berperan sebagai apa sehingga kita berkewajiban moralmenggunakan bahasa Indonesia sebagai fungsi tertentu? Jawaban atas pertanyaan itulah yng membedakan tanggung jawab kita terhadap pemakaian fungsi-fungsi bahasa Indonesia baik dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara/resmi.
Kita menggunakan sebagai bahasa negara/resmi dipakai sebagai alat penghubung antarsuku, misalnya, karena kita sebagai bangsa
Lain halnya dengan contoh berikut ini. Walaupun Ton Sin Hwan keturunan Cina, tetapi karena dia warga negara
Jadi seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai penghubung antarsuku, karena dia berbangsa Indonesia yang menetap di wilayah Indonesia; sedangkan seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, karena dia sebagai warga negara Indonesia yang menjalankan tugas-tugas ‘pembangunan’ Indonesia.
SALAMULLAHALIKUM....
BalasHapusSalam kenal Pak!!! dari seorang muda yang masih meraba hidup. Pak tolong komentari karya-karyaku. terimakasih Semoga rahmat Tuhan Selalu mnyertai anda.
SALAM HANGAT
ROZI KEMBARA
Salam kenal juga Sdr. Rozi Kembara. Apa saja karya Anda yang perlu saya komentari? Tunjukkan judul dan penerbitnya. Insyaalah akan saya lacak dan saya komentari.
BalasHapusYang penting, Anda harus bersemangat! Oke?
Salam kenal,
BalasHapusPak masnur, saya Ana Fauziyah. mahasiswa bahasa dan sastra indonesia UNJ. dosen saya di mata kuliah Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia menugaskan untuk mencari artikel di internet tentang Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia. saya mendapatkan artikel Bapak, dan saya unduh untuk memenuhi tugas tersebut. boleh kan Pak? terimakasih sebelumnya. oia, artikel Bapak sangat membantu karena ulasannya lengkap.
perang urat syaraf antara bahasa dan sastra indonesi sydah jadi rahasia umum kalau antara sastra dan bahasa kini menginjak tarafan konflik horisontal...! siapa bahasa dan siapa sastra keduanya saling tunggang langgang dan bersembunyi di balik sebuah karya tanpa pertimbangan kerusakan dan kebakuan bahtan estetika kini di racuni oleh efak kumuh dan kotar...!
BalasHapussalam tangan kiri dari sake(sastrawan kere)
Terima kasih atas tulisan yang anda buat ini, Pak!
BalasHapusSaya merasa sangat terbantu sekali berkat artikel ini.
Assalamualaikum...swaddi kah
BalasHapussaya tertarik dengan jurnal bapak. Tapi yang paling saya tertarik adalah pengalaman bapak mengajar di PSU Pattani karena di situ merupakan tanah kelahiran saya. Saya mahasiswa KNB asal Thailand. Sekarang menjadi mahasiswi PPS Bahasa Indonesia di UM. Rencana tesis saya akan membandingkan kosa kata bahasa Melayu Pattani dengan bahasa Indonesia. Boleh saya sesekali saya berkonsultasi...
khopkhun kah...
khadijah
Assalamualaikum...swaddi kah
BalasHapussaya tertarik dengan jurnal bapak. Tapi yang paling saya tertarik adalah pengalaman bapak mengajar di PSU Pattani karena di situ merupakan tanah kelahiran saya. Saya mahasiswa KNB asal Thailand. Sekarang menjadi mahasiswi PPS Bahasa Indonesia di UM. Rencana tesis saya akan membandingkan kosa kata bahasa Melayu Pattani dengan bahasa Indonesia. Boleh saya sesekali saya berkonsultasi...
khopkhun kah...
khadijah
Assalamualaikum...swaddi kah
BalasHapussaya tertarik dengan jurnal bapak. Tapi yang paling saya tertarik adalah pengalaman bapak mengajar di PSU Pattani karena di situ merupakan tanah kelahiran saya. Saya mahasiswa KNB asal Thailand. Sekarang menjadi mahasiswi PPS Bahasa Indonesia di UM. Rencana tesis saya akan membandingkan kosa kata bahasa Melayu Pattani dengan bahasa Indonesia. Boleh saya sesekali saya berkonsultasi...
khopkhun kah...
khadijah
Assalamualaikum...swaddi kah
BalasHapussaya tertarik dengan jurnal bapak. Tapi yang paling saya tertarik adalah pengalaman bapak mengajar di PSU Pattani karena di situ merupakan tanah kelahiran saya. Saya mahasiswa KNB asal Thailand. Sekarang menjadi mahasiswi PPS Bahasa Indonesia di UM. Rencana tesis saya akan membandingkan kosa kata bahasa Melayu Pattani dengan bahasa Indonesia. Boleh saya sesekali saya berkonsultasi...
khopkhun kah...
khadijah
Assalamualaikum...swaddi kah
BalasHapussaya tertarik dengan jurnal bapak. Tapi yang paling saya tertarik adalah pengalaman bapak mengajar di PSU Pattani karena di situ merupakan tanah kelahiran saya. Saya mahasiswa KNB asal Thailand. Sekarang menjadi mahasiswi PPS Bahasa Indonesia di UM. Rencana tesis saya akan membandingkan kosa kata bahasa Melayu Pattani dengan bahasa Indonesia. Boleh saya sesekali saya berkonsultasi...
khopkhun kah...
khadijah
Assalamualaikum...swaddi kah
BalasHapussaya tertarik dengan jurnal bapak. Tapi yang paling saya tertarik adalah pengalaman bapak mengajar di PSU Pattani karena di situ merupakan tanah kelahiran saya. Saya mahasiswa KNB asal Thailand. Sekarang menjadi mahasiswi PPS Bahasa Indonesia di UM. Rencana tesis saya akan membandingkan kosa kata bahasa Melayu Pattani dengan bahasa Indonesia. Boleh saya sesekali saya berkonsultasi...
khopkhun kah...
khadijah
Assalamualaikum...swaddi kah
BalasHapussaya tertarik dengan jurnal bapak. Tapi yang paling saya tertarik adalah pengalaman bapak mengajar di PSU Pattani karena di situ merupakan tanah kelahiran saya. Saya mahasiswa KNB asal Thailand. Sekarang menjadi mahasiswi PPS Bahasa Indonesia di UM. Rencana tesis saya akan membandingkan kosa kata bahasa Melayu Pattani dengan bahasa Indonesia. Boleh saya sesekali saya berkonsultasi...
khopkhun kah...
khadijah
Assalamualaikum...swaddi kah
BalasHapussaya tertarik dengan jurnal bapak. Tapi yang paling saya tertarik adalah pengalaman bapak mengajar di PSU Pattani karena di situ merupakan tanah kelahiran saya. Saya mahasiswa KNB asal Thailand. Sekarang menjadi mahasiswi PPS Bahasa Indonesia di UM. Rencana tesis saya akan membandingkan kosa kata bahasa Melayu Pattani dengan bahasa Indonesia. Boleh saya sesekali saya berkonsultasi...
khopkhun kah...
khadijah
Assalamualaikum Bapak, salam kenal
BalasHapusSaya sangat senang membaca artikel Bapak :)
Jika tidak keberatan, saya ingin bertanya pendapat Bapak tentang :
1. Jaman sekarang muncul beragam jenis gaya bahasa lisan, misalnya bahasa gaul remaja, apakah itu salah?
2. Haruskah kita selalu menggunakan bahasa Indonesia yg baik dan benar setiap saat, misalnya saat acara resmi, saat berbicara dengan orang tua, berbicara dengan teman sepermainan, berbicara dengan teman2 satu suku, atau berbeda suku.
3. Apakah bahasa Indonesia yg baik dan benar itu melingkupi bahasa Indonesia jaman dulu yg blm disempurnakan dan bahasa indonesia dengan EYD?
TErima kasih,mohon maaf apabila tidak berkenan
Wassalam,
Intan-Groningen
Assalamu alaikum Wr.Wb.
BalasHapusSaya berterima kasih atas kepada bapak Masnur Muslich atas tulisan bapak, karena tulisan bapak banyak membantu saya dalam menambah wawasan tentang kedudukan dan fungsi bahasa serta membantu saya dalam referensi pembuatan skripsi yang semenrtara saya kerjakan.Mudah-mudahan bapak senantiasa diberikan kesehatan dari Allah serta keluarga bapak dan kerabatnya. Amin.....
Sdr Intan yang baik.
BalasHapusTerima kasih atas atensi dan komentar Anda atas artikel saya bertopik “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia”.
Tentang pertanyaan Anda, perlu saya jelaskan sebagai berikut.
1.Apakah bahasa gaul salah? Bahasa gaul yang dipakai di kalangan remaja tidak salah. Sebab, semua bahasa yang hidup, termasuk bahasa Indonesia, selalu berkembang sesuai dengan perkembangan dan keperluan pemakaiannya. Bagi kalangan remaja, bahasa gaul dianggap bahasa (sebagai alat komunikasi) yang dapat mewakili keperluan ekspresi dengan sesama dan dapat menunjukkan jati dirinya lewat istilah-istilah khas yang mereka gunakan.
Dilihat dari sosok ideal bahasa Indonesia, bahasa gaul dinilai pembina bahasa Indonesia (khususnya guru) dan tatabahasaan sebagai bahasa yang menyimpang karena akan mengarah ke perkembangan bahasa Indonesia secara divergen. Keresahan ini tidak perlu terjadi apabila pembina bahasa menyadari bahasa gaul tidak akan berinterferensi ke ranah pemakaian bahasa yang lain. Ketika keluar dari komunitas remaja, mereka (pemakai bahasa gaul) tidak akan lagi menggunakan bahasa gaul. Mereka akan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia sesuai dengan komunitas barunya.
2.Apakah kita selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam setiap situasi? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut perlu dijelaskan terlebih dahulu tenang istilah “bahasa Indonesia yang baik dan benar “. “Bahasa Indonesia yang baik” adalah pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan konteks situsi dan kondisi; sedangkan “bahasa Indonesia yang benar” adalah pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah. Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan. Bahasa Indonesia yang dipakai sesuai dengan konteks tetapi tidak sesuai dengan kaidah akan berdampak tidak atau kurang dipahami maksudnya. Sementara itu, bahasa Idonenesia yang dipakai sesuai dengan kaidah tetapi tidak sesuai dengan konteks akan terlihat janggal dan lucu.
Ilustrasi berikut dapat memperjelas fenomena di atas. Suatu pagi dua anak kos sekamar yang sudah akrab bersiap-siap berangkat kuliah. Si A masuk ke kamar mandi terlebih dahulu. Karena lama di kamar mandi, Si B mengikatkannya agar cepat-cepat keluar dari kamar mandi sebab jam kuliah tinggal sepuluh menit. Apalagi, si B juga belum mandi. Apakah si B mengungkapnya dengan kalimat “Mas, cepat-cepat keluarlah dari kamar mandi agar tidak terlambat kuliah!” (sambil mengetuk pintu kamar mandi tiga kali). Kalimat tersebut benar secara kaidah tetapi kaku secara konteks. Yang baik dan tidak menyalahi kaidah adalah “Cepat keluar, Mas! Nanti terlambat!”
3.Apakah bahasa Indonesia yang baik dan benar melingkupi bahasa Indonesia zaman dulu (yang belum disempurnakan) dan bahasa Indonesia sekaragn (sesuai dengan EYD)? Pertanyaan ini mencampuradukkan antara konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar dan konsep EYD. EYD (Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan) adalah pedoman atau aturan penulisan yang harus disepakati dalam tulis-menulis bahasa Indonesia. Jadi, bersifat instruksi. Oleh karena itu, ada SK-nya dari Pemerintah. Sebagai kelengkapannya, Pemerintah juga mengeluarkan Pedoman Penulisan Istilah. Kedua pedoman ini mestinya (bahkan harus) dipatuhi pemakai bahasa Indonesia agar komunikasi dapat berlangsung secara efektif.
Terkait dengan EYD (dan juga penulisan istilah) ini harus diterapkan secara benar. Tidak ada hubungannya dengan bahasa Indonesia lama atau baru. Misalnya, kalau ejaan lama frase “di kelas” ditulis gandeng dikelas, maka sekarang harus ditulis di kelas (terpisah); istilah asing “object” pada ejaan lama ditulis obyek, ejaan baru harus ditulis objek.
Saat ini yang justru menjadi masalah adalah penulisan istilah asing yang sering salah. Pemakai bahasa Indonesia masih saja menulis sistim, kwitansi, apotik, standarisasi, legalisir, jadual padahal yang benar sesuai dengan Pedoman Istilah adalah sistem, kuitansi, apotek, standardisasi, legalisisasi, jadwal.
Demikian penjelasan yang dapat saya sampaikan. Semoga ada manfaatnya. Mari kita bersikap positif terhadap bahasa Indonesia. Jadikan bahasa Indonesia berkembang secara konvergen lewat pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Assalamualaikum WrWb.
BalasHapusPak, salam kenal dari saya. Saya pelajar SMK kelas 1 di Magelang Jawa Tengah, saya membuka blog ini karena saya mendapat tugas dari guru bahasa Indonesia saya untuk mencari FUNGSI BAHASA NASIONAL INDONESIA, alhamdullilah saya mendapatkan banyak informasi dari blog bapak ini,sehingga saya tahu betul bagaimana sejarah perjuangan bangsa Indonesia ini dalam menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di negara kita,
Terimakasih banyak pak,karena blog bapak ini sangat bermanfaat sekali bagi saya,
Wassalamualaikum WrWb.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang hebat, hidup Bahasa Indonesia. Kalau tidak salah bahasa indonesia saat ini telah menjadi bahasa nomor 5 dari jumlah pemakainya
BalasHapussaya tertarik dengan jurnal yang bapak tulis, dan sangat baik kalau bahasa indonesia iu lebih di tingkatkan untuk kemajuan bangsa indonesia ke depan. apalagi di era pemerintahan sekarang ini, banyak problematika yang di hadapi warga negara indonesia. dengan bahasa itulah kita lebih mengenal jati diri bangsa kita dan diri kita sendiri.
BalasHapusMemang, salah satu ikatan batin kita yang dapat memperkokoh keutuhan bangsa yang multietnik ini adalah pemakaian dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia.
BalasHapusterima kasih atas artikelnya yg bapak buat.... dan telah saya unduh....
BalasHapusassalamualaikum.pak..Salam kenal
BalasHapussaya adalah termaksud mahasiswi yang menyukai pelajaran Bahasa Indonesia...walaupun saya saat ini berada di fakultas tarbiyah...Saya minta izin ya untuk menjadikan tulisan bapak..sebagai referensi saya dalam memenuhi tugas saya..sekaligus bahan pembelajaran bagi saya..wassalam
Silakan, Yuli. Ini berarti tulisan saya ada manfaatnya. Sebagai calon guru, Yuli juga berkewajiban melestarikan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
BalasHapusAssalamualaikum Pak, Salam kenal. saya mahasiswa PGSD di UMP, pak saya mohon bantuannya untuk sedikit banyak menjelaskan tentang saling mempengaruhinya Bahasa Daerah dengan Bahasa Indonesia memiliki kelebihan dan kekurangan. mohon Bapak bisa menjelaskan kelebihan dan kekurangan tersebut.
BalasHapustrima kasih, mohon maaf apabila tidak berkenan
Fajar
Waalaikumussalam. Saya sangat senang seorang Fajar peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia.
BalasHapusTentang persoalan yang Fajar ajukan, dapat saya dijelaskan sebagai berikut.
Dalam kenyataannya, bahasa daerah dan bahasa Indonesia memang saling memengaruhi. Mengapa hal ini terjadi? Karena keduanya dipakai oleh pemakaian (baca: masyarakat bahasa) yang sama.
Konsekusnsinya, memang ada kelebihan dan kekungannya.
Kelebihannya adalah apabila pengaruhnya tersebut terbatas pada masuknya kata/istilah yang memang sangat diperlukan dalam berkomunikasi karena konsep yang yang ingin disampaikan tidak ada dalam kata bahasa sendiri.Apabila ini terjadi, justru akan memperkaya penbendaharaan kata bahasa tersebut.
Kekurangannya adalah apabila pengaruhnya mengarah pada pencampuradukan sistem bahasa daerah ke dalam bahasa Indnesia atau sebalinya. Apabila hal ini terjadi, justru akan merusak sistem bahasa ybs. Misalnya, pemakai bahasa Indonesia dari suku Jawa sering menggunakan kalimat
a. Dianya duduk di kursi yang paling depan sendiri.
b. Anak saya sedang sekolah.
Kedua kalimat tersebut terjemakah dari struktur kalimat bahasa Jawa.
a. Dhewekne lungguh ning kursi sing paling ngarep dhewe.
b. Anakku lagi sekolah.
Kalimat bahasa Indonesia yang benar adalah:
a. Dia duduku di kursi paling depan.
b. Anak saya sedang bersekolah.
Mengapa hal itu terjadi? Karena, ketika menyusun kalimat bahasa Indonesia, di benar penutur bahasa Indonesia (yang berlatar belakang suku Jawa) masih membayangkan struktur kalimat Bahasa Jawa. Dengan tidak sadar mereka "menerjemahkan" struktur bahasa Jawa ke dalam kalimat bahasa Indonesia.
Itulah penjelasan singkat dari saya. Fajar bisa menambahkan contoh-contoh pengaruh yang menguntungkan dan yang merugikan atau yang merusak lainnya, khususnya pemakai bahasa Indonesia yang berasal dari suku selain Jawa.
ijin save as pak buat tugas pertama kuliah saya
BalasHapusijin save juga pak buat tugas kuliah
BalasHapusterima kasih pak sebelumnya
referensi yang bagus untuk saya..
BalasHapusSalam kenal, pak, saya senang sekali membaca artikel bapak, saya ingin banyak belajar dengan bapak. Saya percaya bangsa ini sangat membutuhkan sekali pahlawan-pahlawan seperti bapak.
BalasHapusYang mencintai bangsa ini dengan segenap hati, mencurahkan tenaga, pikiran dan waktu demi memmberikan kontribusi untuk negara ini, terutama dalam berbahasa.
Bila bapak berkenan, bolehkah saya berdiskusi dengan bapak melalui email? ;-)
Kebetulan saya tidak menemukan alamat email bapak di blog ini.
Terima kasih, kesediaan bapak sangat saya hargai. Salam bahasa Indonesia.
Salam kenal pak...
BalasHapusmohon izin untuk menggunakan artikel Bapak, sebagai bahan referensi perkuliahan..