26 Agustus 2007

Njebles

NJEBLES1
Masnur Muslich

Sore itu, setelah shalat maghrib dan wirid secara berjamaah, aku melanjutkan-nya dengan membaca asmaul husna. Betapa kagetnya. Tiba-tiba lembaran yang kubaca ditampar keras-keras oleh Nono.
“Jangan baca itu! Jangan baca itu! La ilaha illalloh. La ilaha illalloh. La ilaha illal-loh.” Sambil mengayun-ayunkan sajadah di sampang kananku seolah pasang kuda-kuda kalau-kalau aku membalasnya.
Konsentrasiku terpecah. Aku terus membacanya dengan keras sambil menoleh ke arah Nono. Ia pun tambah garang.
“Jangan baca itu! Jangan baca itu,” yang diikuti dengan ucapan La ilaha illalloh lebih keras dari suara wiridku. Pembacaan aku hentikan. Aku mulai meladeni. Berdiri dan mendekat. “Jangan-jangan Nono ini tidak beres,” gumamku.
Matanya memerah dan terus melototi aku. Sajadahnya makin diayunkan ke arahku. Bibirnya terus menyebut La ilaha illalloh dengan irama bak hitungan tentara baris-berbaris.
“Enaknya, kuapakan anak ini?” Pikirku pintas.
Melihat insiden aneh itu, jamaah yang lain pada diam. Bergerombol. Tidak tahu apa yang harus diperbuat. Akan dikerasi juga repot. Penghuni kamar yang lain pun bengong sambil menghentikan main reminya.
Sambil membaca shalawat dalam hati, kupegangi tangannya erat-erat. Dia tidak berontak. Bahkan, sajadahnya digelar dan segera diduduki menghadap kiblat. Butir tasbih digerakkan satu satu sambil menangis sesenggukan.
Penghuni kamar mulai menurun atmosfir ketegangannya. Mereka saling berbisik. Merekonstruksi ketidakbiasaan Nono pada siang harinya. Tadi pagi dia membeli satu slop rokok Marlboro di kantin dan langsung dibagi-bagikan habis kepada teman-temannya di kemar lain. Siangnya, sebelum tutupan blok, dia mengeluar-kan semua isi korek jres, dan ditatanya seperti tangga. Sorenya, menjelang asar, dia mengeluarkan isi dua pak rokok Marlboro dan ditatanya seperti pagar. Seba-gian lagi dilumat-lumat sebelum dimasukkan gelas berisi air. Semua ketidak-biasaan ini hanya diamati diam-diam oleh sebagian besar penghuni kamar.
Pada tengah malam, semua penghuni kamar dikejutkan oleh olah dia lagi. Dia meronta-ronta seolah kesakitan.
“Aduh, sakit. Sakit!” Sambil membungkuk memegangi perutnya. Ditawari obat tidak mau. Dia malah ngomel-ngomel tidak karuan.
“Bunuh saja aku! Bunuh saja aku! Semua mengancaku. Aduh, sakit. Tolong, tolong, tolong!” Rontanya semakin keras.
“Siapa yang akan membunuhmu? Kamu diberi obat tidak mau. Apa maumu?” Sergahku keras, yang diamini penghuni kamar yang lain.
“Kalau kamu teriak-teriak terus, tak tempeleng nanti,” ancam seorang penghuni yang jengkel.
“Aku sakit betul,” sambil ke wc kamar, berpura-pura mencret, padahal yang ber-bunyi “cret, cret” hanya bibirnya.
“Dengarkan bunyinya! Saya mencret beneran. Aduh, aduh!” Tangkisnya sembari meronta terus.
Penghuni kamar mulai tak percaya pengakuan sakitnya setelah salah seorang penghuni mengecek di wc tidak melihat bekas “cret”-nya. Dia akan ke wc lagi dicegah oleh penghuni yang lain.
“Jangan ke wc! Berak saja di sini. Nanti, aku yang membersihkan,” tawarnya, sambil memegang tangan Nono.
“Tolong! Saya mau dibunuh! Tolong, Pak Petugas! Tolong! Aku mau dibunuh ketua kamar!” Rontanya sambil kakinya mendobrak-dobrak pintu dengan keras.
“Lepaskan tanganku! Aku akan menepon rumah,” pintanya berkali-kali dengan melas.
Akhirnya, tangan Nono aku diepaskan. Dia segera mengambil HP di tasnya. Langsung memijat nomor telepon orangtuanya.
“Halo! Siapa ini? Aku kepingin ngomong dengan Emakl,” ujarnya. “Ini Emak, ya! Aku wis gak kuat, Mak. Aku kepingin mati. Emak gak perlu susah. Sepurane yo Mak. Aku selama ini ngerepoti Emak terus. Wis yo, Mak. Assalamu alaikum,” HP langsung dimatikan.
Aku tidak bisa membayangkan. Betapa paniknya keluarganya setelah mendapat-kan telepon dari Nono.
Melihat gelagat yang membahayakan ini, semua penghuni kamar berjaga-jaga. Jangan sampai Nono bunuh diri. Sebab, bunuh diri di dalam kamar tahanan, se-mua kena dampaknya. Pasti digulung2 oleh petugas.
Tambah lama, tambah menjadi-jadi. Nono meronta terus. Ingin keluar dari kamar. Pintu kamar didobrak keras-keras. “Plak”, salah seorang menghadiahi bogem mentah. Ia tidak menggubrisnya, walaupun diresponsnya dengan kata “aduh”. Terus meronta ingin keluar dengan alasan semua penghuni kamar mau membunuhnya.
Aku berinisiatif. Aku hubungi petugas jaga lewat HP.
“Nono ngamuk, Pak,” laporku.
“Biar aja! Asal tidak membahayakan. Jaga! Semua penghuni kamar!” Jawabnya dengan santai.
“Dia terus meronta, Pak. Bengok-bengok. Sambil mendobrak pintu. Dikeluarkan saja, Pak,” pintaku karena semua penghuni kamar sudah tak sanggup menjaga-nya.
“Oke! Sebentar lagi.”
Beberapa saat, petugas peleton A datang. Sekitar delapan orang. Sebagian pe-tugas menginterogasi Nono. Sebagian lagi ngobrol denganku.
“Apa dia njebles,” tuduhnya.
“Kurang tahu, Pak.”
“Model seperti ini sering terjadi. Dia pasti baru pakai. Terlalu banyak. Masak ka-mu sebagai ketua kamar tidak tahu.”
“Tidak tahu, Pak.”
“Kemarin pagi dia lama di kamar sebelah. Apa yang dilakukan, saya tidak tahu, Pak. Di kamar itu kan banyak cs-nya pecandu narkoba. Mungkin saja dia diajak on,” ujarku.
“Pakai narkoba dalam situasi tertekan atau tidak happy akan terbawa saat on. Ya begini ini jadionya,” jelasnya.
“Dibawa ke RS saja, Pak. Toh dia minta keluar dari kamar ini,” pintaku.
“Ya. Buku pintunya! Dibawa saja ke RS. Dfi sana ada kamar khusus. Nanti kamu yang jaga,” perintah Danton kepada salah satu anak buahnya.
Nono dikelyarkan dari kamar. Barang-barangnya juga dibawa. Lega rasanya.
Suasana tegang berganti riuh. Masing-masing penghuni saling bercerita tentang keanehan Nono yang diketahuinya. Bahkan, ada yang menirukan olah Nono yang lucu akibat njebles. Ngobrol sampai menjelang subuh.

Malang, 20 Desember 2005

Jenis Karangan dan Langkah-langkah Mengarang

JENIS KARANGAN DAN
LANGKAH-LANGKAH MENGARANG

Oleh: Masnur Muslich


JENIS KARANGAN:
Deskripsi
Narasi
Eksposisi
Argumentasi
Persuasi

1. DESKRIPSI: Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.

Contoh deskripsi berisi fakta:
Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata.

Contoh deskripsi berupa fiksi:
Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.

Topik yang tepat untuk deskripsi misalnya:
Keindahan Bukit Kintamani
Suasa pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional
Keadaan ruang praktik
Keadaan daerah yang dilanda bencana

Langkah menyusun deskripsi:
Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
Tentukan tujuan
Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan
Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan
Kembangkan kerangka menjadi deskripsi

2. NARASI: Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.

Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.
Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.

Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir
Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Contoh narasi berisi fakta:
Ir. Soekarno

Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang

Contoh narasi fiksi:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.


Langkah menyusun narasi (fiksi):
Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide.
Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan.

3. EKSPOSISI: Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.

Contoh:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan.
Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.

Topik yang tepat untuk eksposisi, antara lain:
Manfaat kegiatan ekstrakurikuler
Peranan majalah dinding di sekolah
Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.

Catatan: Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Contoh paparan proses:
Cara mencangkok tanaman:
1. Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut secukupnya.
2. Pilihlah ranting yang tegak, kekar, dan sehat dengan diameter kira-kira 1,5 sampai 2 cm.
3. Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kira-kira sepanjang 10 cm.

Langkah menyusun eksposisi:
Menentukan topik/ tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

4. ARGUMENTASI: Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.

Contoh:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.

Tema/ topik yang tepat untuk argumentasi, misalnya:
Disiplin kunci sukses berwirausaha
Teknologi komunikasi harus segera dikuasai
Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial

Langkah menyusun argumentasi:
Menentukan topik/ tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi

5. PERSUASI: Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.

Contoh persuasi:
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga.

Topik/ tema yang tepat untuk persuasi, misalnya:
Katakan tidak pada NARKOBA
Hemat energi demi generasi mendatang
Hutan sahabat kita
Hidup sehat tanpa rokok
Membaca memperluas cakrawala

Langkah menyusun persuasi:
Menentukan topik/ tema
Merumuskan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan
Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi







SOAL-SOAL DAN PEMBAHASANNYA

1. ”Ternyata badai ekonomi membuat beberapa wilayah negeri ini bergolak. Efek domino lepasnya Timor Timur tampak semakin menggejala. Di sana-sini muncul wacana tentang kemerdekaan wilayah. Dengan demikian, negeri ini menghadapi bahaya mahahebat, yakni disintegrasi.
Apakah melepaskan diri merupakan solusi terbaik? Untuk menjawab, kiranya merupakan langkah arif jika rakyat negeri ini kembali melihat sejarah. Kerajaan-kerajaan kecil terbukti lemah menghadapi tangan-tangan raksasa orang manca.”

Kutipan karangan di atas termasuk jenis karangan…
a. narasi
b. eksposisi
c. persuasi
d. argumentasi
e. deskripsi

Pembahasan: Karena kutipan karangan tersebut termasuk jenis karangan argumentasi karena mengandung unsur opini dan disertai dengan alasan yang berupa fakta.

2. “Ketombe memang amat menjengkelkan, tidak hanya bagi wanita, tetapi juga bagi pria. Bila Anda terkena penyakit ini dan belum menemukan obat mujarab, di sinilah Anda dapat menemukan beberapa cara yang mudah untuk mengatasinya. Cobalah salah satu cara berikut yang menurut Anda paling sesuai dan paling mudah untuk Anda lakukan.”

Paragraf di atas termasuk jenis karangan….
a. narasi
b. deskripsi
c. eksposisi
d. argumentasi
e. persuasi

Pembahasan: Karena paragraf di atas berisi harapan penulis agar pembaca melakukan apa yang dianjurkan penulis.

3. ”Burung-burung gereja beterbangan di antara dedaunan pohon akasia. Sesekali terdengar cicit mereka. Suara klakson dan deru mobil mahasiswa satu demi satu beranjak pergi. Suasana kampus kembali sunyi.”

Paragraf di atas termasuk jenis karangan…
a. persuasi
b. deskripsi
c. argumentasi
d. eksposisi
e. narasi

Pembahasan: Paragraf di atas menggambarkan suasana kampus.


4. “Kita akan tetap saling memiliki, walau jarak telah memisahkan kita. Persahabatan yang kita lalui rasanya terlalu berarti kalau harus diakhiri begitu saja. Kecuali …….,” kata-kataku menggantung di udara, tiba-tiba saja pikiran itu melintas, seandainya seseorang datang dalam kehidupan Rina! Tidak, aku menggeleng kuat-kuat. Rasa marah menyedak dadaku. Cemburu? Aku tak tahu. Namun rasanya sulit untuk menerima bila hal itu menjadi kenyataan.
Selamat tinggal Amerika, Universitas Oklahoma, dan semua kenangan pahit dan manis. Selamat tinggal. Kabut memenuhi mataku dan rongga hatiku ketika pesawat lepas landas.

Kutipan di atas termasuk jenis karangan….
a. deskripsi
b. eksposisi
c. narasi
d. argumentasi
e. persuasi

Pembahasan: Kutipan di atas merupakan cerita fiksi karena terdapat peristiwa, tokoh, dan seting.

5. ”Service dalam bermain tenis lapangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Pertama, ambillah posisi di luar garis belakang dan agak ke tengah. Kedua, lakukan konsentrasi untuk beberapa detik dan aturlah posisi kaki. Ketiga, bungkukkan badan ke depan sedikit sambil melempar bola ke atas, raket diayunkan ke belakang dan dengan cepat pukullah bola dengan kekuatan maksimal. Bola akan melayang dengan cepat.”

Paragraf di atas termasuk jenis karangan….
a. eksposisi
b. argumentasi
c. deskripsi
d. narasi
e. persuasi

Pembahasan: Paragraf di atas termasuk jenis eksposisi (paparan proses).

6. (1) Mengumpulkan informasi
(2) Mengembangkan kerangka menjadi karangan
(3) Menetapkan tema
(4) Menyusun kerangka karangan
(5) Menentukan tujuan penulisan

Langkah-langkah yang benar adalah dengan urutan sebagai berikut….
a. (1), (2), (3), (4), (5)
b. (3), (5), (1), (4), (2)
c. (4), (1), (5), (3), (2)
d. (5), (2), (3), (1), (4)
e. (3), (4), (1), (5), (2)

Pembahasan: Karena urutan langkah yang logis untuk mengarang terdapat pada opsi b.

7. Perhatikan proses membuat pakaian jadi berikut!
(1) membuat pola
(2) mengukur badan
(3) menggunting bahan
(4) menentukan model
(5) menjahit

Urutan proses bila kita akan membuat pakaian jadi yang benar adalah….
a. (3), (1), (2), (4), (5)
b. (2), (4), (3), (1), (5)
c. (4), (2), (1), (3), (5)
d. (1), (4), (3), (2), (5)
e. (4), (1), (2), (3), (5)

Pembahasan: Karena urutan proses yang logis untuk soal di atas adalah opsi C

8. (1) Pemberian hadiah bagi siswa yang kreatif
(2) Majalah dinding merupakan sarana komunikasi intern
(3) Majalah dinding merupakan wadah kreativitas siswa
(4) Adanya majalah dinding, minat baca dan minat tulis siswa meningkat.
(5) Peran serta guru dalam pengelolaan majalah dinding sangat diharapkan.

Di antara kalimat-kalimat utama di atas yang tidak tepat untuk digunakan dalam kerangka karangan yang bertema Majalah Dinding di sekolah adalah kalimat nomor….
a. (1)
b. (2)
c. (3)
d. (4)
e. (5)

Pembahasan:Kalimat nomor (1) tidak tepat untuk digunakan dalam kerangka karangan yang bertema Majalah Dinding di sekolah.

9. Perhatikan butir-butir kerangka berikut!
(1) Padahal pemanfaatan dunia kelautan Indonesia sangat menguntungkan.
(2) Yang penting, perlu menyediakan sumber daya manusia bidang kelautan.
(3) Geografis perairan Indonesia sangat strategis.
(4) Tetapi, kebijakan pembangunan belum memanfaatkan potensi geografis tersebut.
(5) Juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pendidikan ilmu kelautan di Indonesia.

Butir-butir kerangka yang bertema kelautan tersebut akan menjadi kerangka yang baik jika menggunakan urutan….
a. (5), (4), (1), (3), (2)
b. (4), (3), (5), (2), (1)
c. (2), (3), (1), (4), (5)
d. (3), (4), (1), (5), (2)
e. (1), (2), (3), (5), (4)

Pembahasan: Karena urutan yang logis untuk tema tersebut adalah opsi d.

10. (1) Musim kemarau panjang tahun ini merupakan bencana bagi daerah kami. (2) Sungai yang mengalir di tengah-tengah desa kering kerontang. (3) Bahkan sumur pun banyak yang tak berair lagi. (4) Sawah dan ladang seperti hangus dan dimakan oleh terik matahari. (5) Tanah pecah berbongkah-bongkah, tanaman pun hampir tak ada yang berwarna hijau lagi.

Yang tidak termasuk kalimat deskripsi dalam paragraf di atas, yaitu kalimat nomor….
a. (1)
b. (2)
c. (3)
d. (4)
e. (5)

Pembahasan: Karena kalimat nomor (1) bukan merupakan gambaran melainkan pendapat.

11. Ciri pengembangan karangan eksposisi adalah….

a. Mengungkapkan fakta yang diperjelas dengan grafik, gambar, atau statistik untuk memperjelas informasi.
b. Mengungkapkan fakta yang diperjelas dengan grafik, gambar, atau statistik untuk membuktikan atau mempengaruhi pembaca.
c. Merangsang indra pembaca pada suatu objek yang digambarkan oleh penulis.
d. Menceritakan urutan peristiwa secara kronologis.
e. Mengajak pembaca mengikuti anjuran penulis.

Pembahasan: Karena opsi a merupakan ciri pengembangan karangan eksposisi yaitu untuk memperjelas informasi bagi pembaca.

12. Jika akan menjelaskan pengertian dan fungsi pasar, kita dapat menggunakan karangan….

a. argumentasi
b. eksposisi
c. deskripsi
d. narasi
e. persuasi

Pembahasan: Karena karangan eksposisi adalah menjelaskan informasi untuk memberi pengetahuan bagi pembaca.

13. Topik yang dapat dikembangkan menjadi karangan argumentasi adalah….
a. Alasan pemerintah DKI membangun sistem transportasi Jakarta seperti busway.
b. Bentuk fisik bus angkutan trans-Jakarta.
c. Kisah perjalanan Sutiyoso, dari Pangdam Jaya sampai menjadi Gubernur DKI.
d. Proses pembuatan dan perakitan bus trans-Jakarta.
e. Himbauan pemerintah DKI kepada masyarakat pengguna trans-Jakarta.

Pembahasan: Opsi a merupakan topik argumentasi. a

Contoh Analisis Paragraf

CONTOH ANALISIS PARAGRAF


(1) Kolesterol adalah komponen asam lemak yang terdapat dalam darah. (2) Oleh tubuh sendiri ia diperlukan untuk proses-proses tertentu bagi kelangsungan hidup. (3) Tentunya itu dalam jumlah sedikit dan diproduksi oleh tubuh kita sendiri, bukan yang datang dari makanan. (4) Nah, kalau jumlahnya di dalam darah berlebihan karena datang kolesterol tamu dari makanan, maka kolesterol yang bersifat lemak ini akan membuat darah menjadi lebih kental dan lebih berlemak sehingga mengancam bagi kelancaran peredaran darah. (5) Terlebih, jika lemak sudah menempel di dinding pembuluh darah atau mengendap, akan membuat sumbatan pada pembuluh darah kecil bahkan membuat pembuluh darah menjadi kaku dan tidak elastis lagi (skelerosis ). (6) Yang ditakuti adalah kalau keadaan ini terjadi pada pembuluh darah koroner jantung dan pembuluh darah otak. (7) Belum lagi, akibat kentalnya darah, bisa terjadi tekanan darah tinggi (hipertensi ), dan diperberat bila orang tersebut perokok atau jarang berolah raga fisik.


Analisis:
A.Paragraf di atas termasuk paragraf dengan pola pengembangan deduktif karena ide pokoknya terdapat pada kalimat pertama, yaitu tentang kelestrol. Kalimat-kalimat selanjutnya, yaitu kalimat (2) sampai dengan kalimat (7), merupakan kalimat penjelas.
Kalimat (2) menjelaskan kalimat (1) tentang ”fungsi kolestrol”
Kalimat (3) menjelaskan kalimat (1) tentang ”asal/sumber kolestrol”
Kalimat (4) menjelaskan kalimat (1) tentang ”dampak kolestrol yang berlebihan”
Kalimat (5) menjelaskan kalimat (4) tentang ”perbandingan dampak kolestrol”
Kalimat (6) menjelaskan kalimat (5) tentang ”kekhususan dampak”
Kalimat (7) menjelaskan kalimat (5) tentang ”tambahan kekhususan dampak”
Karena semua kalimat dalam paragraf di atas mendukung satu topik, maka paragraf di atas memenuhi syarat keutuhan (unity).
B.Dengan demikian profil paragraf di atas adalah sebagai berikut.

Kalimat (1)

Kalimat (2) Kalimat (3) Kalimat (4)

Kalimat (5)

Kalimat (6) Kalimat (7)

C.Alat kepaduan (koherensi):
1.Pengulangan kata kunci (KK):
Kolesterol : diulang 3 kali, yaitu pada kalimat (1) dan (4)
lemak : diulang 4 kali, yaitu pada kalimat (1), (4), (5)
darah : diulang 7 kali, yaitu pada kalimat (1), (3), (5), (6), (7)
tubuh : diulang 2 kali, yaitu pada kalimat (2) dan (3)
pembuluh darah : diulang 5 kali, yaitu pada kalimat (5) dan (6)

2.Penggunaan kata ganti (KG):
Ia : untuk menggantikan ”kolestrol”
itu : untuk menggantikan ”kolestrol yang diperlukan kelangsungan tubuh”
nya : untuk menggantikan ”kolestrol dalam tubuh”
keadaan ini : untuk menggantikan ”lemak yang menempel pada dinding pembuluh darah”

3.Penggunaan kata transisi (KT)
(a)Intra kalimat
atau : menyatakan pilihan
bahkan : menyatakan penguatan
dan : menyatakan penambahan
maka : menyatakan akibat

(b)antar kalimat
Tentunya : menyatakan kepastian
Terlebih : menyatakan perbandingan/penguatan
Belum lagi : menyatakan penguaratan

Karena kalimat-kalimat pada paragraf di atas menggunakan pengulangan kata kunci, kata ganti, dan kata transisi secara bervariasi, paragraf tersebut memenuhi syarat kepaduan (coherence).


Malang, 05 Mei 2007
Pembina MK Bahasa Indonesia

Masnur Muslich

Laporan Pembimbingan dan Editing Penulisan Buku Ajar

Oleh
Masnur Muslich
Jurusan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang

I. Latar Belakang

Kegiatan Pembimbingan dan Editing Penulisan Buku Ajar Bahasa Indonesia SD Laboratorium Universitas Negeri Malang ini dilegalisasikan oleh Surat Tugas Dekan Fakultas Sastra UM Nomor 1218/J36.1.1/AK/2007 tanggal Juni 2007 sebagai tindak lanjut dari SK Kepala SD Laboratorium No. 58/J36.24.2/KP/2007 tanggal 19 Februrai 2007 tentang Team Editing Buku Ajar SD Laboratorium UM.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan SD Laboratorium Universitas Negeri Malang, khusus bahan pembelajaran. Apalagi, pada tahun-tahun terakhir ini kehadiran SD Laborium UM telah mendapatkan tempat di hati masyarakat sehigga pemenuhan kualitas menjadi tolok ukur utama.
Atas pertimbangan itulah, penugasan Pembimbingan dan Editing Penulisan Buku Ajar Bahasa Indonesia perlu dilaksanakan secara terprogram sehingga target yang diharapkan bisa terpenuhi.

II. Tujuan
Tujuan kegiatan Pembimbingan dan Editing Penulisan Buku Ajar Bahasa Indonesia SD Laboratorium Universitas Negeri Malang ini adalah memberikan tutorial kepada penulis buku ajar bahasa Indonesia agar memperoleh buku ajar yang berkualitas, yaitu buku ajar yang memeuhi persyaratan teoreris, pedagogis, dan bermakna, serta sesuai dengan kurikulum yang sedang berlaku (KTSP).
Secara khusus, kegiatan ini diarahkan pada penyusunan modul dan lembar kegiatan mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk semua kelas, yang dapat mendorong kreativitas, kemandirian, dan kompetensi siswa sesuai dengan kompetensi dasar yang diamanatkan dalam kurikulum.

III. Pelaksanaan Program Pembimbingan dan Editing
a. Materi Pembimbingan
Materi pembimbingan difokuskan pada hal-hal berikut.
(1)penyusunan silabus yang sesuai dengan KTSP;
(2)pengembangan kompetensi dasar menjadi kegiatan pembelajaran;
(3)pengembangan materi pembelajaran yang tematis, bermakna, dan kontekstual;
(4)pengemasan materi dan kegiatan pembelajaran dalam bentuk modul dan lembar kegiatan.
Contoh materi sebagaimana terlampir.

b. Strategi Pelaksanaan
Strategi pembimbingan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
(1)Pemahaman konsep kurkurikulum bidang studi bahasa Indonesia SD;
(2)Pemahaman cara-cara penyusunan sibalabus dan penerapanya dalam bidanga studi bahasa Indonesia SD;
(3)Pemahaman cara penyusunan modul dan lembar kerja yang berbasis keterampilan, dan penerapannya pada setiap kompetensi;
(4)Monitoring dan pemantapan setiap hasil kerja.

c. Peserta
Yang mengikuti kegiatan pembimbingan ini adalah semua guru yang mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Nama-nama peserta dan modul/lembar kerja yang ditulis sebagaimana terlampir.

d. Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara periodik setiap hari Selasa siang (selepas jam sekolah) sejak Maret 2007 sampai dengan Juni 2007.

IV. Hasil Pelaksanaan
Kegiatan ini mengahasilkan seperangkat buku modul dan Lembar Kerja mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Sampai laporan ini disusun, modul/lembar keja yang dihasilkan berjumlah 12 unit.

V. Penutup
1.Kegiatan pembimbingan dan editing penulisan buku ajar ini ternyata sangat efektif apabila dilaksanakan secara periodik dalam jangka waktu yang lama (satu semseter).
2.Kegiatan ini perlu diintensifkan terus sampai semua modul yang ditargetkan bisa tercapai.
3.Sarana internet perlu dilengkapi agar penulis modul bisa mengakses bahan-bahan yang diperlukan.

Laporan Pembimbingan Penulisan Karya Ilmiah

LAPORAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


PEMBIMBINGAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
KELOMPOK STUDI GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR
TUREN MALANG












OLEH
DRS. MASNUR MUSLICH, M.SI








UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA

JULI 2007

I. Latar Belakang
Kegiatan Pembimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini didasarkan oleh Surat Tugas Dekan Fakutas Sastra UM No. 1324/H32.2/DT/2007 tanggal 00 Juni 2002 sebagai respons Surat Koordinator Kelompok Studi Sekolah Dasar Kecamatan Turen tanggal 12 Juni 2007 tentang permintaan tenaga pembimbingan penulisan Karya Tulis Ilmiah sebagaimana terlampir.
Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini sebagian besar kemampuan guru dalam penyampaian gagasan dalam bentuk karya tulis ilmiah sangatlah lemah. Hal ini disebabkan oleh selain kurang adanya minat, para guru pada umumnya juga kurang ada keberanian untuk menyampaikan gagasan yang terkait dengan bidang studinya dalam bentuk karya tulis ilmiah dalam berbagai bentuk. Padahal, berbagai kesempatan untuk mengekspresikan gagasan ilmiah tersebut sangatlah luas dan berbagai media/sarana untuk menampung hasil ekspresi tersebut sangatlah terbuka bagi mereka. Apabila kondisi ini terus dipertahankan dan tidak apa upaya untuk meningkatkan kemampuan tersebut, profesionalisme guru tentu akan timpang.
Pada sisi lain, profesionalisme guru tidak hanya terlihat pada kemampuannya dalam mengelola kegiatan belajar mengajar bagi siswanya, tetapi juga pada kemampuannya dalam menyampaikan gagasan yang terkait dengan bidang studinya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Oleh karena itu, keseimbangan kedua kemampuan ini haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga tuntutan profesinalisme sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dapat tercapai.
Menyadari akan kondisi kemampuan guru tersebut di satu sisi dan tuntutan profesionalisme di lain sisi, permintaan tenaga pembimbingan penulisan Karya Tulis Ilmiah oleh Kelompok Studi Gusu Sekolah Dasar Turen perlu disambut dengan tidak hanya sekedar pemenuhan Surat Tugas tetapi – lebih dari itu – dilakukan dengan pembinaan yang intensif, profesional, terarah, dan berkelanjutan.

II. Tujuan
Kegiatan Pembimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan agar guru peserta kegiatan mempunyai keterampilan menulis karya ilmiah, khususnya karya tulis yang terkait dengan bidang studinya.
Secara khusus, kegiatan ini diarahkan pada keterampilan memilih topik yang layak dikembangkan sebagai karya tulis ilmiah, penjabaran topik dalam bentuk kerangka yang utuh, pengembangan setiap gagasan yang menunjang topik, penggunaan bahasa Indonesia ilmiah, dan konvensi penulisan karya ilmiah.

III. Pelaksanaan Program Pembinaan
a. Materi Pembinaan
Berdasarkan tujuan tersebut, materi pembimbingan difokuskan pada pelatihan
(1) penyusunan berbagai jenis paragraf;
(2) penyusunan berbagai jenis karangan;
(3) pemilihan dan perumusan topik yang memenuhi syarat;
(4) penelusuran sumber bahan sebagai bahan penyusunan karangan;
(5) penyusunan kerangka karangan;
(6) konvensi penulisan karya tulis ilmiah.

b. Strategi Pelaksanaan
Pembimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dengan strategi berikut.
(1)Mengenal materi pelatihan dengan cara memberikan contoh-contoh pemakaian real (setiap materi) untuk diteliti peserta;
(2)Mendaftar karakteristik setiap fenomena yang diamati untuk dipakai sebagai dasar pelatihan;
(3)Berlatih sesuai dengan keterampilan yang ingin dicapai;
(4)Memantapkan hasil pelatihan dengan jalan memberikan advis indivual.



c. Peserta
Pembimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diikuti oleh 20 peserta. Nama dan asal sekolah peserta sebagaimana terlampir.

d. Tempat dan Jadwal Pelaksanaan
Pembimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah di laksanakan di SDN 2 Turen, dengan empat kali pertemuan, yaitu
(1)pertemuan pertama tanggal 17 Juni 2007
(2)pertemuan kedua tanggal 23 Juni 2007
(3)pertemuan ketiga tanggal 24 Juni 2007
(4)pertemuan keempat tanggal 1 Juli 2007

IV. Hasil Pelaksanaan
Selama empat kali pertemuan, hasil pembimbingan dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.Para peserta dapat memahami berbagai jenis paragraf dan jenis karangan; dan dapat menerapkannya dalam karya tulis, walaupun bersifat parsial.
2.Para peserta mampu menentukan topik sesuai dengan bidang yang digelutinya dan mengembangkannya dalam bentuk kerangka utuh.
3.Para peserta bisa membiasakan menulis karya ilmiah sesuai dengan konvensi penulisan.
4.Beberapa peserta ingin mengembangkan kerangka karangan (yang telah disisposisi pembimbinga) menjadi karya tulis yang siap sipublikasikan.

V. Penutup
Berdasarkan pentauan dan hasil pelaksanaan pembimbingan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.Program pembimbingan penulisan karya tulis ilmiah ini perlu dikembangkan lebih lanjut kepada guru-guru yang selama ini belum mempnyai keteram[ilan terhadap penulisan karya tulis ilmiah.
2.Rentang waktu pembimbingan perlu ditambah atau disesuaikan dengan kebutuhan agar output-nya benar-benar mantap.
3.Materi pelatihan perlu ditata kembali agar selain sesuai dengan kebutuhan, juga bisa menarik bagi peserta pembimbingan.
4.Monitoring berkenjutan kepada peserta pembimbingan perlu dilakukan secara berkala agar diketahui perkembangan peserta dalam berkarya tulis ilmiah.

























Lampiran2: Contoh Materi Pembimbingan

Syarat Penyusunan Paragraf
Oleh Masnur Muslich

Paragraf yang baik menuntut adanya prisip-prinsip (1) kesatuan, (2) kepaduan, dan (3) pengembangan. Kesatuan menunjukkan pengertian bahwa kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf mendukung satu tema/pikiran. Kepaduan mengacu kepada hubungan yang harmonis antarkalimat dalam paragraf, sedangkan pengembangan mengacu kepada teknik penyusunan gagasan-gagasan dalam paragraf.
a. Kesatuan
Pembicaraan tentang kesatuan dalam paragraf menyangkut pembicaraan tentang gagasan utama dan gagasan tambahan. Keduanya menampak pada kalimat utama dan kalimat penjelas. Posisi kalimat utama dan dan kalimat penjelas tidak selalu tetap. Kalimat utama dapat mengambil posisi di awal paragraf, di akhir paragraf, di awal dan akhir paragraf sekaligus, atau di seluruh kalimat dalam paragraf.
1) Paragraf Deduktif
Contoh:
Sebagai telah penulis katakan di depan, sebuah karangan argumentasi dikembangkan dalam dua kemungkinan cara, yakni cara induktif dan cara deduktif. Dalam cara induktif, pengarang memulai dari suatu kenyataan ke kenyataan lainnya dan mengakhirnya dengan suatu generalisasi. Sebaliknya, cara deduktif akan bermula dengan satu generalisasi, yaitu satu anggapan umum, lalu mencari bukti-bukti dan kenyataan-kenyataan untuk membenarkannya. Dalam penulisan dua cara ini harus dilakukan dengan seimbang dan saling mengisi.
2) Paragraf Induktif
Contoh:
Agar komunikasi terjadi dengan baik, kedua belah pihak memerlukan bahasa yang bisa dipakai dan dipahami bersama. Wujud bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi itu dapat disebut bunyi bahasa jika dihasilkan oleh alat bicara manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bunyi bahasa itu sebagai alat pelaksana bahasa
3) Paragraf Repetitif
Contoh:
Fonemisasi merupakan prosedur atau cara menemukan fonem-fonem yang ada dalam suatu bahasa. Karena bunyi bahasa banyak sekali jumlahnya, fonemisasi tidak berusaha untuk mencatat semua bunyi yang ditemukan. Tentunya, fonemisasi merupakan prosedur menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan arti.



4) Paragraf Deskriptif
Contoh:
Pintu cendela dan rumah tetap tertutup. Cahaya lampu tiada tampak. Kesempatan beristirahat setelah sesiang tadi bekerja keras di sawah, dipergunakan sebaik-baiknya oleh penghuninya
b. Kepaduan
Kepaduan sebuah paragraf dapat didukung oleh beberapa cara: (1) pengulangan kata-kata kunci, (2) pemakaian kata ganti tertentu, dan (3) pemakaian kata-kata transisi.
1) Pemakaian Kata Kunci
Contoh:
Karena bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara kita itu banyak ragamnya, bunyi-bunyi itu dikelompokkan ke dalam unit-unit yang disebut fonem. Fonem inilah yang dijadikan objek penelitian fonemik. Jadi, tidak seluruh bahasa yang bisa dihasilkan oleh alat bicara dipelajari oleh fonemik. Bunyi-bunyi bahasa yang fungsionallah yang menjadi bagian fonemik
2) Pemakainan Kata Ganti Tertentu
Contoh:
Dialog utara selatan tidak dapat dipisahkan dari krisis ekonomi dunia dan juga tidak dapat ditunda untuk memberikan perhatian kepadanya sampai krisis tersebut dipecahkan dan penyembuhan sudah berjalan. Di dalam lampiran, kami membuat usulan untuk menyuntikkan tujuan baru di dalam dialog itu. Inilah suatu urgenisasi yang baru diperoleh. Situasi menyedihkan akan dihadapi negara-negara dan interpedensi yang dramatik antara Utara dan Selatan di dalam bidang-bidang seperti perdagangan dan keuangan membuatnya menjadi jelas. Akan tetapi, resensi ekonomi global dan kemacetan dialog Utara-Selatan saling memperkuat satu sama lain, dan dialog menjadi mati dan tidak produktif. Bagaimana lingkaran setan ini bisa dipecahkan
3) Pemakaian Kata-Kata Transisi
Agar perpindahan dari kalimat satu ke kalimat berikutnya mengalir dengan baik, tidak jarang digunakan kata sambung atau konjungsi. Secara umum kata sambung dibedakan ke dalam beberapa kategori:(1) kata sambung intrakalimat, (2) kata sambung antarkalimat, (3) kata sambung antarparagraf.
Yang termasuk kata sambung jenis ini adalah dan, atau, yang, tetapi, sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai, jika, kalau, asal(kan), bila, manakala, andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya, agar, supaya, biar, biarpun, meski(pun), sekalipun, walau(pun), sungguhpun, kendati(pun), seolah-olah, seakan-akan, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, sebab, oleh karena, (se)hingga, sampai, maka, bahwa, dengan, baik ... maupun ..., demikian ... sehingga, apakah ... atau ...., entah ..., jangankan ..., .... pun ....
Kata sambung antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Karena kata sambung ini selalu mengawali kalimat, penulisannya selalu diawali dengan huruf kapital. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah biarpun demikian, biarpun begitu, sekalipun, begitu, sungguhpun demikian, meskipun begitu, meskipun demikian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya, sesungguhpun, malah (an), bahkan, akan tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh karena itu, oleh sebab itu, dan sebelum itu.
Kata sambung antarparagraf menghubungkan satu paragraf dengan paragraf yang lain. Kata sambung ini mengawali sebuah paragraf. Hubungan dengan paragraf sebelumnya berdasarkan makna yan terkandung dalam paragraf sebelumnya. Yang termasuk kata sambung jenis ini adalah dalam hubungan ini, dalam pada itu, berbeda dengan itu, adapun,sebagai perbandingan, dan sebagainya.
Contoh:
Dalam hubungan ini, jelaslah bahwa perencanaan sangat erat hubungannya dengan filsafat yang dianut oleh suatu negara, terutama perencanaan di bidang sosial. Hal ini berlaku pula untuk perencanaan komunikasi. Usaha utama dalam perencanaan komunikasi adalah mengelola proses penyesuaian diri dan berusaha memenuhi kebutuhan (komunikasi) dari sebanyak mungkin pihak, yang seringkali bertentangan dalam sistem dan dalam bidang kepentingannya. Sebagai akibatnya kontrol dan pengorganisasiannya akan meningkat. Hal ini akan memudahkan peramalan tingkah laku sosial, tetapi merupakan bahaya untuk kebebasan mengeluarkan pendapat. Dengan demikian, perencanaan dalam bidang komunikasi perlu diadakan secara terbatas pula.

c. Pengembangan Paragraf
a. Urutan Waktu
Contoh:
Pada suatu ketika Dewa Matahari terhina oleh perbuatan salah satu saudaranya, lalu mengasingkan diri ke sebuah gua membiarkan bumi dalam keadaan gelap gulita. Dewa itu mengirim cucunya, Niningi-No-Mikoto, untuk menjalankan pemerintahan di bumi, mendarat di pulau. Ia membawa serta permata, sebilah pedang dan sebuah cermin dari neneknya. Niningi-No-Mikoto mempunyai cucu dan itulah Jimu Tenno, Kaisar pertama yang memerintah Jepang
b. Urutan Ruang
Contoh:
Bulan bertengger di atas rumah ini. Sinarnya yang lembut menyentuh dedaunan memahatkan bayang-bayang semacam ukiran di tanah yang dingin. Penghuni rumah itu telah lelap. Begitu pula keadaan di rumah itu. Semua pintu dan jendela terkunci rapat, serapat mata penghuni yang terkatup karena nyenyaknya. Di luar pepohonan mandi cahaya, bunga kaca piring lebih putih kelihatannya, sedang daun-daun Beringin Jepang yang keperak-perakkan bergerak pelan. Rumah itu manis sekali kelihatannya, semanis Sinta Sasanti serta adik-adiknya, anak-anak keluarga Rosena
c. Contoh-Contoh
Contoh:
Fonem vokal tunggal /i/, yang tergolong vokal depan, tinggi, dan terentang, memiliki distribusi lengkap. Dikatakan demikian karena fonem ini dapat berada pada posisi awal kata (inisial), tengah kata (medial), dan akhir kata (final). Pada inisial fonem /i/ terdapat pada ibu, insan, dan ikan, misalnya. Contoh pada medial adalah sibuk, bisa, dan kilah, sedangkan pada posisi final dapat diambil contoh-contoh sapi, kami, dan mati
d. Perbandingan
Contoh:
Dalam tatabahasa tradisional dikenal bentuk kalimat aktif dan pasif. Pada kalimat aktif, subjek kalimat melakukan suatu tindakan/aktivitas. Sebaliknya, pada kalimat pasif, subjek kalimatnya dikenai/menderita sesuatu. Predikat pada kalimat aktif pada umumnya berawalan me- atau ber-, sedangkan pada kalimat pasif berawalan di- atau ter-
e. Analogi
Contoh:
Anak adalah bunga hidup. Anak adalah keharum-haruman rumah tangga. Anak adalah pelerai demam. Kepada anak bergantung pengharapan keluarga di kemudian hari. Dialah ujung cita-cita dalam segenap kepayahan. Misalnya terjadi perselisihan dalam rumah, namun perselisihan itu bisa didamaikan apabila suami istri sama-sama melihat anaknya yang masih suci itu, yang tidak boleh turut menjadi korban karena pertengkaran dan perselisihan ayah bundanya. Sebab itu, Nabi SAW sangat besar pengasihnya kepada anak-anak. Sampai punggungnya diperkuda-kuda oleh anak-anak sedang ia sembayang. Sampai anak-anak dipangkunya sedang ia mengerjakan ibadah itu. Apabila hendak sujud diletakkannya itu di sampingnya dan bila ia hendak tegak dipungutnya balik
f. Hubungan Sebab Akibat
Contoh:
Krisis Meksiko pada musim panas tahun1982 cukup memberikan bukti besar tentang fakta adanya saling ketergantungan. Kesulitan yang duhadapi ekonomi Meksiko menampilkan ancaman yang sungguh-sungguh pada bank-bank komersial dan kepada investor swasta. Konsekuensi politik dan ekonomi terutama bagi Amerika Serikat bisa mengerikan. Pada akhir tahun 1981 bank-bank Amerika mengambil bagian pinjaman terbesar di dalam bank ke Meksiko $21 milyar dari jumlah keseluruhan sebanyak $57 milyar yang menjadi hutang Meksiko kepada bank-bank asing. Konsekuensi potensial, tunggakan dari Meksiko atau kegagalan sebuah bank besar Amerika Serikat, benar-benar mengganggu untuk direnungkan. Pemotongan impor di Meksiko memukul ekspor dari Amerika Serikat dan banyak negara industri yang lain. Kegagalan ekonomi di Meksiko bisa menyebabkan tekanan besar-besaran arus migrasi di Texas dan California. Tidaklah mengherankan, Amerika Serikat memainkan peranan yang besar dalam memelopori aksi segera yang diambil oleh Bank for Intenational Settlements, International Monetary Fund dan bank-bank sentral negara-negara barat yang besar, dan mengambil langkah-langkah tambahannya sendiri, termasuk membelikan minyak Meksiko dengan sistem ijon secara besar-besaran buat cadangan strategis Amerika Serikat
g. Proses
Contoh:
Jika kita pakai simbol S untuk subjek, P untuk predikat, dan O untuk objek, maka kaidah umum untuk membuat kalimat pasif dari kalimat aktif adalah sebagai berikut.
1. Pertahankan urutan S P O, tetapi tukarkanlah pengisi S dan O.
2. Gantilah prefiks meng- dengan di- pada P.
3. Tambahkanlah kata oleh di muka O, terutama jika O terpisahkan oleh kata lain dari P
h. Umum Khusus
Contoh:
Pertunjukkan teater yang mengasyikkan adalah pertunjukkan yang memiliki ciri komunikatif antara pekerja teater dengan penontonnya. Keakraban tersebut terjalin pada komunikasi rohani, yang menimbulkan harmoni antara pelaku dan penontonnya. Pertunjukkan semacam ini sering terjadi di lingkungan teater traditional, yang selalu sejalan dengan perkembangan masyrakatnya. Para penonton pun tidak terikat tempat dan waktu. Di dalam pementasan teater tradisional, adegan-adegan yang lucu dapat diulang-ulang oleh pelakunya sehingga penonton merasa puas (terhibur). Demikian pula pengulangan adegan tari ataupun nyanyian yang digemari oleh publiknya. Isi ceritanya dapat berangkat dari kehidupan sehari-hari, dari legenda, cerita rakyat, roman sejarah, atau cerita asing yang diadaptasikan dengan masyarakatnya. Dialog-dialog dalam teater rakyat bersifat spontan didialogkan oleh para pelakunya
i. Definisi Luas
Contoh:
Masalah bahasa di Indonesia adalah masalah nasional yang memerlukan pengorbanan yang berencana, terarah, dan teliti. Masalah bahasa ini adalah keseluruhan masalah yang ditimbulkan oleh kenyatan bahwa jumlah bahasa yang terdapat dan dipakai di Indonesia besar, bahwa bahasa-bahasa ini merupakan bagian daripada dan didukung oleh kebudayaan yang hidup, dan bahwa bahasa-bahasa ini memainkan peranan yang berbeda di dalam hubungan dengan kepentingan nasional. Di samping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi pemerintah, terdapat bahasa-bahasa daerah yang jumlahnya belum diketahui dengan pasti dan bahasa-bahasa asing yang dipakai sebagai bahasa perhubungan intenasional.
Sebagai masalah nasional, keseluruhan masalah bahasa di Indonesia merupakan satu jaringan masalah yang dijalin oleh (1) masalah bahasa nasional, (2) masalah bahasa daerah, dan (3) masalah bahasa asing. Di dalam jaringan ini sebagai akibat pemakaian bahasa-bahasa ini di dalam masyarakat yang sama, yaitu masyarakat Indonesia, masalah bahasa nasional, masalah bahasa-bahasa daerah, dan masalah bahasa asing itu memiliki hubungan timbal balik. Pengolahan bahasa nasional tidak dapat dipisahkan dari pengolongan bahasa-bahasa daerah, demikian pula sebaliknya. Penggolongan masalah bahasa nasional dan bahasa-bahasa daerah tidak pula dapat dilepaskan dari masalah pemakaian dan pemanfaatan bahasa-bahasa asing tertentu di Indonesia. Oleh karena itu, pengolahan keseluruhan masalah bahasa ini memerlukan adanya satu kebijaksanaan nasional yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga pengolahan masalah itu benar-benar berencana, terarah, dan teliti. Kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pengolahan keseluruhan masalah bahasa itu disebut politik bahasa nasional
Malang, Juni 2007

JENIS KARANGAN DAN
LANGKAH-LANGKAH MENGARANG

Oleh: Masnur Muslich


JENIS KARANGAN:
Deskripsi
Narasi
Eksposisi
Argumentasi
Persuasi

1. DESKRIPSI: Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.

Contoh deskripsi berisi fakta:
Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata.

Contoh deskripsi berupa fiksi:
Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.

Topik yang tepat untuk deskripsi misalnya:
Keindahan Bukit Kintamani
Suasa pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional
Keadaan ruang praktik
Keadaan daerah yang dilanda bencana

Langkah menyusun deskripsi:
Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
Tentukan tujuan
Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan
Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan
Kembangkan kerangka menjadi deskripsi

2. NARASI: Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.

Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.
Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.

Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir
Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Contoh narasi berisi fakta:
Ir. Soekarno

Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang

Contoh narasi fiksi:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.




Langkah menyusun narasi (fiksi):
Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide.
Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan.

3. EKSPOSISI: Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.

Contoh:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan.
Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.

Topik yang tepat untuk eksposisi, antara lain:
Manfaat kegiatan ekstrakurikuler
Peranan majalah dinding di sekolah
Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.

Catatan: Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Contoh paparan proses:
Cara mencangkok tanaman:
1. Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut secukupnya.
2. Pilihlah ranting yang tegak, kekar, dan sehat dengan diameter kira-kira 1,5 sampai 2 cm.
3. Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kira-kira sepanjang 10 cm.

Langkah menyusun eksposisi:
Menentukan topik/ tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

4. ARGUMENTASI: Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.

Contoh:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.

Tema/ topik yang tepat untuk argumentasi, misalnya:
Disiplin kunci sukses berwirausaha
Teknologi komunikasi harus segera dikuasai
Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial

Langkah menyusun argumentasi:
Menentukan topik/ tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi

5. PERSUASI: Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.

Contoh persuasi:
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga.

Topik/ tema yang tepat untuk persuasi, misalnya:
Katakan tidak pada NARKOBA
Hemat energi demi generasi mendatang
Hutan sahabat kita
Hidup sehat tanpa rokok
Membaca memperluas cakrawala

Langkah menyusun persuasi:
Menentukan topik/ tema
Merumuskan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan
Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi






Contoh Kerangka Karangan (Outline)

Contoh Versi 1:

Topik : Pengaruh Makanan Bergizi bagi Kesehatan
Kerangka :
I.Pendahuluan
A.Latar belakang
1.Situasi kesehatan masyarakat saat ini
2.Upaya-upaya menuju kesehatan masyarakat
3.Dampak ketidaktahuan masyarakat terhadap pemeliharan kesehatan
4.Perlunya pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan lewat makanan sehat
B.Permasahan
1.Apa saja kegunaan makanan bagi kesehatan
2.Bagaimana pengaruh gizi bagi kesehatan
3.Dari mana sumber-sumber zat gizi
C.Tujuan Pembahasan
1.Menguraikan kegunaan makanan bagi tubuh
2.Menjelaskan pengaruh gizi bagi kesehatan
3.Menjelaskan sumber-sumber zat gizi
II.Kegunaan makanan bagi tubuh
A.Membangun, memelihara, dan memperbaiki bagian-bagian tubuh
1......
2.Dst
B.Memberi tenaga kepada tubuh
1......
2.Dst
C.Memberi bahan untuk mengatur proses-proses dalam tubuh
1......
2.Dst
III.Gizi dan pengaruhnya terhadap kesehatan
A.Guna zat-zat gizi
1......
2.Dst
B.Akibat gizi lebih
1......
2.Dst
C.Akibat gizi kurang
1......
2.Dst
IV.Sumber zat-zat gizi
A.Bahan makanan sumber tenaga
1......
2.Dst
B.Bahan makanan sumber protein/zat pembangun
1. .....
2. Dst
C. Bahan makanan sumber mineral dan vitamin/zat pengatur
1. .....
2. Dst
2.Penutup
A. Pengaturan pola makanan memang penting bagi kesehatan
B. Pemahaman terhadap sumber-sumber gizi akan dapat membantu pengaturan pola makan yang benar

Contoh Versi 2:

Topik : Pentingnya Swasembada Bahan Makanan untuk Kepentingan Ketahanan dan Pertahanan Negara
Kerangka :
I.Pedahuluan: Hakikat Ketahanan dan Pertahanan Negara
A. Pengertian ketahanan negara
B. Pengertian pertahanan negara
II.Swasembada bahan makanan
A.Pengertian swasembada bahan makanan
B.Jenis-jenis makanan
III.Pentingnya swasembada bahan makanan
A.Bagi ketahanan negara
B.Bagi pertahanan negara
C.Bagi pengurangan impor bahan makanan
IV.Peningkatan intensifikasi tanaman
A.Pengertian intensifikasi tanaman
B.Jenis tanaman pangan
1.tanaman padi
2.tanaman palawija
3.tanaman sayuran
4.dan lain-lain
C.Usaha yang menunujang
1.perluasan sistem pengairan
2.pengadaan pupuk yang cukup dan merata
3.pembentukan KUD
V.Penutup: Swasembada bahan makanan memang penting
A.Apabila swasembada bahan makanan dilaksanakan
B.Apabila swasembada bahan makanan tidak dilaksanakan
C.Mengajak para pembaca untuk berpartisipasi aktif


Catatan:
1.Topik harus menghubungkan dua variabel
2.Rumusan topik harus spesifik
3.Kerangka karanan harus mencerminkan cakupan bahasan pada topik
4.Karena topik ada dua variabel, kerangkanya bisa membahas satuan-satuan setiap variabel dan hubungan keduanya.
5.Tugas pembuatan kerangka diketik komputer (tidak ditulis tangan).

Tatabentuk Bahasa Indonesia

KATA PENGANTAR

Buku Tatabentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif ini merupakan penyempurnaan dari buku sebelumnya setelah mendapatkan sambutan positif dari para Pembina matakuliah Morfologi Bahasa Indonesia di Jurusan/Program Studi (Pendidikan) Bahasa Indonesia sebagai referensi utama mahasiswanya. Ada beberapa hal yang mendasari perbaikan buku ini, yaitu saran-saran konstruktif dan praktis dari para pembaca (baik disampaikan lewat surat maupun lewat forum seminar/diskusi), konsep-konsep baru yang terkait dengan morfologi yang dalam sajian buku sebelumnya belum dibahas, dan problema morfologis mutakhir yang perlu direspons atau disikapi.
Pola sajian buku ini lebih bersifat diologis dan familier sehingga pembaca lebih bisa menghayati setiap konsep yang disajikan. Pola khas ini sengaja diterapkan agar pembaca tidak merasa tertekan dan jenuh ketika memahami konsep yang dianggapnya “pelik”. Selain itu, setiap sajian diakhiri dengan bahan diskusi yang terkait dengan topik sajian untuk dipecahkan oleh pembaca. Strategi ini dimaksudkan agar pembaca bisa “mengukur diri” kadar ketercapaian pemahaman setiap topik yang baru dibacanya.
Walaupun setakat ini sudah diupayakan penyempurnaan, tentu masih ada celah kelemahan dan peluang perbaikan. Untuk ini, penulis tetap terbuka bagi pembaca untuk memberikan saran lanjutan untuk perbaikan pada edisi berikutnya. Ataskelonggaran pembaca, penulis ucapkan terimakasih.
Terakhir, ucapan terima kasih sedalam-dalamnya perlu penulis sampaikan kepada Sdr. Hara Shintaro dan Sdr. Nik Abdul Rakib bin Nik Hassan yang tidak henti-hentinya berdiskusi tentang bahasa dan budaya dengan penulis (sejak Juli – Desember 2006) di Malay Studies Information Center, Faculty of Humanities and Social Sciences, Prince of Songkhla University, Pattani Campus, Pattani, Thailand, sehingga memberikan inspirasi penulis untuk segera menyelesaikan perbaikan buku ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada para pembaca yang telah peduli terhadap buku ini sehingga sempat memberikan saran konstruktif dan praktis kepada penulis.
Semoga buku ini bisa lebih bermakna bagi pembaca, terutama mahasiswa Jurusan/Program Studi (Pendidikan) Bahasa Indonesia, dosen matakuliah Morfologi Bahasa Indonesia, guru bahasa Indonesia di semua jenjang pendidikan, dan pemerhati bahasa Indonesia.
Wasalam.

Pattani (Thailand) – Malang (Indonesia), Desember 2006
Masnur Muslich



DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar

1. Mengenal Bentuk Linguistik
A. Konsep Dasar Bentuk Linguistik
B. Morfem, Morf, Alomorf, dan Kata
C. Prosedur dan Prinsip Pengenalan Morfem
D. Wujud Morfem
E. Unsur
Bahan Diskusi 1

2. Jenis Morfem Bahasa Indonesia
A.Jenis Morfem Berdasarkan Kemampuan Distribusi
B.Jenis Morfem Berdasarkan Porduktivitasnya
C.Jenis Morfem Berdasarkan Relasi Antarunsurnya
D.Jenis Morfem Berdasarkan Sumbernya
E.Jenis Morfem Berdasarkan Jumlah Fonem yang Menjadi Unsurnya
F.Jenis Morfem Berdasarkan Keterbukaannya Bergabung dengan Morfem Lain
G.Jenis Morfem Berdasarkan Bermakna Tidaknya
Bahan Diskusi 2

3. Distribusi Morfem Bahasa Indonesia
A. Distribusi Morfem Imbuhan
B. Distribusi Morfem Ulang
C. Distribusi Morfem dalam Bentuk Majemuk
Bahan Diskusi 3

4. Konsep Dasar Proses Morfologis
A.Pengertian Proses Morfologis
B.Ciri Suatu Kata yang Mengalami Proses Morfolgis
C.Macam Proses Morfologis
D.Pembentukan Kata di Luar Proses Morfologis
Bahan Diskusi 4

5. Proses Pembubuhan Afiks (Afiks
A.Pengertian Proses Pembubuhan Afiks
B.Pengertian Afiks
C.Perubahan Fonem Akibat Peroses Pembubuhan Afiks
Bahan Diskusi 5

6. Proses Pengulangan (Reduplikasi)
A.Pengertian Proses Pengulangan
B.Ciri Bentuk Dasar Kata Ulang
C.Jenis Pengulagan
Bahan Diskusi 6

7. Proses Pemajemukan (Komposisi)
A.Pengertian Proses Pemajemukan
B.Ciri Kata yang Mengalami Proses Pemajemukan
C.Jenis Pemajemukan dalam Bahasa Indonesia
Bahan Diskusi 7

8. Arti Morfem Imbuhan, Morfem Ulang, dan Morfem Konstruksi Mejemuk
A.Arti Morfem Imbuhan
B.Arti Morfem Ulang
C.Arti Morfem Konstruksi Majemuk
Bahan Diskusi 8

9. Fungsi Morfem Imbuhan, Morfem Ulang, dan Morfem Mejemuk
A.Fungsi Morfem Imbuhan
B.Fungsi Morfem Ulang
C.Fungsi Morfem Majemuk
Bahan Diskusi 9

10.Perubahan Bentuk Kata
A.Analogi
B.Adaptasi
C.Kontaminasi
D.Hiperkorek
E.Varian
F.Asimilasi
G.Disimilasi
H.Adisi
I.Reduksi
J.Metatesis
K.Diftongisasi
L.Monoftongisasi
M.Anaptiksis
N.Haplologi
O.Kontraksi
Bahan Diskusi 10

11.Penjenisan Kata
A.Berbagai Versi tentang Jenis Kata
B.Pengujian Jenis Kata
Bahan Diskusi 11

12.Problema Morfologis dalam Bahasa Indonesia
A.Problema Akibat Bentukan Baru
B.Problema Akibat Kontaminasi
C.Problema Akibat Unsur Serapan
D.Problema Akibat Analogi
E.Problema Akibat Perlakuan Kluster
F.Problema Akibat Proses Morfologis Unsur Serapan
G.Problema Akibat Perlakuan Bentuk Majemuk
Bahan Diskusi 12

Daftar Pustaka
Lampiran: Pedoman Umum Pembentukan Istilah

Uraian lengkap silakan membaca Tatabentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif Bahasa Indonesia oleh masnur Muslich (Bumi Aksara, 2008)

Perencanaan Bahasa pada Era Globalisasi

Kata Pengantar

Buku Perencanaan Bahasa (Language Planning) pada Era Globalisasi ini merupakan kapita selekta dari berbagai tulisan yang terkait dengan usaha pemberdayaan bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Sebagai bahasa yang mendapatkan label “identitas bangsa”, “wahana budaya”, “bahasa persatuan”, “bahasa nasional”, “bahasa resmi”, “bahasa pendidikan”, “bahasa iptek”, dan sebagainya, keberadaan bahasa Indonesia pada era glabalisasi ini semakin terasa perlu dilestarikan bahkan dimantapkan keberedaannya. Apalagi, pada era globalisasi ini fenomena yang siap merenggut keberdayaan bahasa Indonesia sudah “menganga” di berbagai lini kehidupan. Kemajuan teknologi komunikasi dan media yang sudah menguasai sebagian besar kehidupan bangsa Indonesia akan bisa meminggirkan bahkan mencampakkan perkembangan bahasa Indonesia apabila tidak disikapi secara arif yang disertai sikap positf terhadapnya.
Lewat ilustrasi dan gagasan-gagasan yang tertuang dalam buku ini diharapkan semua pihak yang merasa “memiliki” bahasa Indonesia bisa ikut melestarikan dan memberdayakannya dalam kehidupan komunikasi di berbagai ranah dan keperluan secara proporsional. Selain itu, para penentu kebijakan dan para profesional di bidang kebahasaan ikut terpacu dan terlibat secara aktif dalam upaya “mendewasakan” bahasa Indnesia menjadi bahasa yang berwibawa sehingga bisa menjalakan kedudukan dan fungsinya secara mantap. Sebab, tugas perencanaan bahasa ini bukan hanya dibebankan kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, tetapi menjadi beban dan tugas semua pihak. Kesadaran ini apabila diterapkan secara proporsional tentu akan menepis kekhawatiran bahwa bahasa Indonesia akan terpinggirkan para era globalisasi.
Secara akademik, buku ini bisa memberikan wawasan teoretis kepada mahasiswa jurusan (pendidikan) bahasa Indonesia, guru dan pembina bahasa Indonesia di semua jenjang pendidikan, dan penentu kebijakan di bidang pendidikan. OLeh karena itu, tinjauan teoretis selalu menjadi landasan uraian yang tertuang dalam buku ini sehingga menjadi rujukan bagi yang memerlukannya.
Semoga upaya ini bersambut.

Malang, Agustus 2007
Masnur MUslich



Pendahuluan

Istilah “perencanaan bahasa” atau language planning sudah tidak asing lagi bagi negara mana pun. Bahkan, istilah ini merupakan salah satu program nasional bagi negara yang menginginkankan sistem komunikasi verbalnya berjalan dengan lancar dalam segala bidang kehidupan di negaranya. Yang membedakan hanyalah strategi dan penekanannya, karena setiap negara mempunyai “sejarah” tersendiri bagi bahasa yang dipakainya. Bahkan, karena pentingnya masalah bahasa ini, kenyataan membuktikan bahwa setiap negara penjajah selalu “mengatur” bahasa – alih-alih disebut “merencanakan bahasa” – atas negara jajahannya. Begitu juga sebaliknya, negara yang baru merdeka atau dimerdekakan oleh negara penjajahnya, pertama-tama yang digarap adalah “memulihkan” bahasanya. Mengapa hal ini terjadi secara sistemik? Konsep perencanaan bahasa yang diulas dalam bab 1 dan sejarah perkembangan perencanaan bahasa yang dikupas dalam bab 2 kiranya dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Begitu juga bahasa Indonesia bagi negara dan bangsa Indonesia. Dengan kedudukan dan fungsinya yang amat sarat, sebagaimana yang diuraikan dalam bab 3, negara dan bangsa Indonesia merasa bertanggung jawab, bahkan berkewajiban, memantapkan keberadaan bahasa Indonesia dalam peri kehidupannya. Apalagi disadari bahwa bahasa Indoneaia sudah menjadi “identitas´dan “simbol” negara dan bangsa Indonesia setaraf dengan lambang negara “Garuda Pancasila” dan lagu nasional “Indonesia Raya”. Sebagai identitas dan simbol bangsa, sebagaimana diuraikan pada bab 4 dan 5, bahasa Indonesia mesti tetap eksis di tengah-tengah pergaulan dunia pada era globalisasi ini, walaupun tidak sedikit tantangannya sebagaimana diuraikan pada bab 6. Rasa setia terhadap bahasa Indonesia (diuraikan pada bab 7) dan rasa kebangsaan (diuraikan pada bab 8) harus tetap terpatri di setiap sanubari bangsa Indonesia, kalau tidak ingin “tenggelam” di lautan globalisasi. Sebab, pengaruh apa pun akan mental kalau kedua benteng tersebut masih bertengger di sebagian besar bangsa pemilik bahasa Indonesia.
Pada sisi lain, bahasa Indonesia harus mengikuti irama perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia. Karena bangsa Indonesia ingin maju dan ingin modern setaraf dengan bangsa modern lainnya, bahasa Indonesia pun perlu dikembangkan ke arah yang modern dengan cara standardisasi di berbagai unsur linguistiknya, mulai dari standardisasi ejaan, istilah, ucapan, dan sebagainya. Sebab, dengan cara inilah, bahasa Indonesia bisa berkembag secara konvergen, yaitu berkembang ke aras yang lebih mantap, bisa mewadahi semua konsep yang diinginkan penuturnya. Bab 9, 10, 11, dan 12 menguraikan secara tuntas persoalan standardisasi ini.
Upaya-upaya perencanaan bahasa Indonesia baik dalam bentuk pembinaan dan pengembangan sudah lama dilakukan, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan bahasa Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari isu-isu yang muncul dalam setiap Kongres Bahasa Indonesia sejak tahun 1938 (Kongres I) sampai dengan sekarang (Lihat bab 14). Serangkaian kegiatan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pun mencerminkan betapa perhatian pemerintah terhadap bahasa Indonensia (Lihat bab 13).
Yang perlu disadari adalah upaya perencanaan bahasa Indonesia tidak dimaksudkan untuk memanipulasi – apalagi mengebiri – kealamiahan bahasa. Sebab, selama ini ada yang tak acuh terhadap program perencanaan bahasa ini dengan mengatakan “biarlah bahasa hidup seperti apa adanya”, “Leave your language alone” (kata Robert Hall Jr), “tanpa ada perencanaan bahasa, bahasa Indonesia tidak akan mati”, dan ungkapan sinis laininya. Sebagai bahasa yang mempunyai kedudukan dan fungsi yang sarat, sangat layak kalau pemakainya mempunyai obsesi agar kedudukan dan fungsi tersebut bisa tetap eksis. Oleh karena itu, sebagaimana norma-norma budaya yang lain, norma-norma yang dianggap bisa mendukungnya (baik norma linguistik maupun non-linguistik) perlu diformulasikan agar bisa diterapkan oleh pemakainya.




Daftar Isi


Pengantar

Pendahuluan

1. Dasar-dasar Perencanaan Bahasa (Oleh Masnur Muslich)
2. Sejarah Perkembangan Perencanaan Bahasa (Oleh Masnur Muslich)
3.Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia (Oleh Masnur Muslich)
4. Bahasa Indonesia sebagai Identitas dan Penyatu Bangsa Menghaapi Pengubah Sosial (Mansoer Pateda)
5. Bahasa dan Sastra sebagai Identitas Bangsa dalam Proses Globalisasi (Oleh Mursal Esten)
6. Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi (Oleh Masnur Muslich)
7. Masalah Rasa Setia Bahasa dan Pembinaan Bahasa Indonesia (Oleh I Gusti Ngurah Oka)
8. Bahasa dan Rasa Kebangsaan (I Gusti Ngurah Oka)
9. Modernisasi Bahasa Indonesia (I GUsti Ngurah Oka)
10.Beberapa Pedoman dalam Standardisasi Bahasa di Sepanjang Sejarah (I Gusti Ngurah Oka)
11.Peristilahan dalam Bahasa Indonesia (I Gusti Ngurah Oka)
12.Persoalan di Sekitar Bentuk Ucapan Baku Bahasa Indoensia (I Gusti Ngurah Oka)
13. Kegiatan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
14. Kegiatan Kongres Bahasa Indonesia

Daftar Pustaka

Lampiran:
Lampiran 1: Putusan Kongres Bahasa Indonesia I
Lampiran 2: Putusan Kongres Bahasa Indonesia II
Lampiran 3: Putusan Kongres Bahasa Indonesia III
Lampiran 4: Putusan Kongres Bahasa Indonesia IV
Lampiran 5: Putusan Kongres Bahasa Indonesia V
Lampiran 6: Putusan Kongres Bahasa Indonesia VI
Lampiran 7: Putusan Kongres Bahasa Indonesia VII
Lampiran 8: Putusan Kongres Bahasa Indonesia VIII

Fonologi Bahasa Indonesia

PRAKATA


Buku Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia ini disusun berdasarkan bahan-bahan yang dikembangkan penulis selama membina matakuliah Fonologi Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Malang (dahulu IKIP Malang) sejak 1980. Oleh karena itu, topik-topik dan urutan penyajiannya pun tidak jauh berbeda dengan Silabus dan Rencana Perkuliahan Semester yang disusun penulis selama ini.
Sebagai buku pegangan perkuliahan, sajian buku ini tidak terlalu mementingkan konsep-konsep teoretis, tetapi lebih mengarah pada pemahaman praktis yang bisa diterapkan dan diujicobakan oleh mahasiswa pengikut matakuliah Fonologi Bahasa Indonesia. Sebab, ketika mengikuti matakuliah Linguistik Umum, mahasiswa sudah mendalami konsep-konsep teoretis tentang kebahasaan, termasuk konsep yang terkait dengan fonologi.
Pada akhir sajian buku ini sengaja dilampirkan beberapa artikel yang berkaitan dengan fonologi, terutama persoalan bunyi dan ejaan. Artikel-artikel ini selain dapat menambah wawasan mahasiswa juga bisa dipakai sebagai bahan diskusi kelas pada akhir perkuliahan Fonologi Bahasa Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis sangat berhutang budi dan sekaligus berterima kasih kepada Saudara Hara Shintaro dan Nik Abdull Rakib Bin Nik Hassan yang banyak memberikan inspirasi kepada penulis ketika berdiskusi yang tidak mengenal waktu (selama satu semester) di Malay Studies Information Center, Faculty of Humanities and Social Sciencies, Prince of Songkhla University (PSU), Pattani Campus, Pattani, Thailand, sejak Juli 2006 sampai menjelang kepulangan saya ke Indonesia, November 2006.
Tentu saja sajian buku ini masih perlu terus dikembangkan dan disesuaikan dengan perkembangan system bunyi bahasa Indonesia, mengingat derasnya unsur-unsur serapan dari bahasa asing yang terus mengalir ke dalam pemakaian bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman-teman sejawat sangat diharapkan demi penyempurnaan buku ini.


Pattani (Thailand) – Malang (Indonesia), Desember 2006


Masnur Muslich



DAFTAR ISI

Prakata

Bab 1 : Pendahuluan
A.Fonologi dan Bidang Pembahasannya
B.Kedudukan Fonologi dalam Cabang-cabang Linguistik
C.Manfaat Fonologi dalam Penyusunan Ejaan Bahasa
Bahan Pendalam Bab 1

Bab 2: Fonetik: Gambaran Umum
A.Pengantar
B.Fonetik dan Bidang Kajiannya
C.Ketidaklancaran Berujar yang Terkait dengan Kajian Fonetik
D.Kondisi Kajian Fonetik
E.Beberapa Tokoh Ilmu Fonetik: Pandangan dan Kajiannya
F.Skop (Bidang Cakupan), Tugas, dan Tanggung Jawab Fonetisi

Bab 3 Fonetik: Tahapan Komunikasi, Proses Pembentukan, Transkripsi Fonetis
A.Tahapan Komunikasi
B.Proses Pembentukan Bunyi
C.Transkripsi Fonetis
Bahan Pendalaman Bab 3

Bab 4: Klasifikaksi Bunyi Segmental dan Deskripsi Bunyi Segmental Bahasa Indonesia
A.Dasar Klasifikasi Bunyi Segmental
B.Deskripsi Bunyi Segmental Bahasa Indonesia
Bahan Pendalaman Bab 4

Bab 5: Bunyi Segmental, Bunyi Pengiring, Diftong, Kluster, dan Silaba
A.Bunyi Suprasegmental
B.Bunyi Pengiring
C.Diftong dan Kluster
D.Silaba (Suku Kata)
Bahan Pendalaman Bab 5

Bab 6: Fonem dan Dasar Analisisnya
A.Definisi Fonem dan Jenisnya
B.Dasar-dasar Analisis Fonem
C.Prosedur Analisis Fonem
Bahan Pendalaman Bab 6

Bab 7: Klasifikasi, Distribusi, dan Realisasi Fonem Bahasa Indonesia
A.Klasifikasi Fonem Bahasa Indonesia
B.Distribusi Fonem Bahasa Indonesia
C.Realisasi Fonem Bahasa Indonesia
D.Fonem dan Grafem Bahasa Indonesia
Bahan Pendalaman Bab 7

Bab 8: Ciri-ciri Suprasegmental Bahasa Indonesia
A.Nada
B.Tekanan
C.Durasi
D.Jeda
E.Intonasi
Bahan Pendalam Bab 8

Bab 9: Perubahan Fonologis Bahasa Indonesia
A.Asimilasi
B.Disimilasi
C.Modifikasi Vokal
D.Netralisasi
E.Zeroisasi
F.Metatesis
G.Diftongisasi
H.Monoftongisasi
I.Anaptiksis,
Bahan Pendalam Bab 9

Daftar Pustaka

Lampiran 1 Penggunaan Ejaan pada Naskah Dinas
Lampiran 2 Persoalan di Sekitar Bentuk Ucapan Baku Bahasa Indonesia


===
Buku ini sudah diterbitkan oleh Penerbit Bumi Aksara. Bagi yang berminat dapat memperolehnya di toko buku terdekat.

Bagaimana Menulis Skripsi?

KATA PENGANTAR

Buku Bagaimana Menulis Skripsi? ini merupakan salah satu dari “Seri Panduan Penulisan Karya Ilmiah”. Buku ini disusun berdasarkan pengalaman penulis membina matakuliah Penulisan Karya Ilmiah dan membimbing penulisan skripsi mahasiswa sejak tahun 1980. Selama itu ternyata sebagian besar kemauan mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah kurang diiringi oleh kemampuan yang memadai. Hal itu bukan disebabkan oleh kemampuan dasar mahasiswa yang rendah tetapi lebih disebabkan oleh sikap apatis terhadap penulisan karya ilmiah. Akibatnya, ketika ia dihadapkan pada tawaran penulisan karya puncak (baca: penulisan skripsi), ia cenderung menghindarinya. Ia lebih suka memilih alternatif lain. Padahal, penulisan skripsi merupakan momen dan ajang yang paling tepat untuk menapakkan karier dalam bidang keilmuannya.
Lewat buku yang dikemas dalam bentuk panduan praktis dan dialogis ini diaharapkan bisa memacu dan menggairahkan mahasiswa untuk memilih program jalur skripsi, dan sekaligus mengembalikan kepercayaan diri bahwa kegiatan menulis skripsi bukanlah “kegiatan mematikan”, “kegiatan yang menghambat target kelulusan”, dan anggapan negatif lainnya. Tentu saja, peran dosen pembimbing juga tidak kecil artinya bagi kelancaran penulisan skripsi mahasiswa.
Akhirnya, semoga upaya ini ada guna dan manfaatnya. “Selamat berprestasi, bagi mahasiswa yang memilih jalur skripsi!”

Malang, 27 Agustus 2007

MM





DAFTAR ISI


Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1: APA ITU SKRIPSI?
a. Mengapa Skripsi Menjadi Pilihan?
B. Apa Perbedaan Skripsi dan Jenis Karya Ilmiah yang Lain?
C. Apa Ciri Karya Tulis Ilmiah?
D. Apa itu Sikap Ilmiah?
E. Apa Jenis Skripsi Anda?
BAB 2: BAGAIMANA MEMILIH TOPIK?
A. Apa itu Topik?
B. Dari Mana Anda Memperoleh Topik?
C. Apa Saja Syarat Topik Skripsi?
D. Apa Jenis Topik Skripsi Anda?
E. Apa Perbedaan Topik dan Judul?
BAB 3: BAGAIMANA MENYUSUN KERANGKA SKRIPSI?
A. Apa itu Kerangka?
B. Bagaimana Tahapan Penyusunan Kerangka?
C. Bagaimana Pola Kerangka Skripsi Hasil Kajian Pustaka?
D. Bagaimana Pola Kerangka Skripsi Hasil Penelitian Kuantitatif?
E. Bagaimana Pola Kerangka Skripsi Hasil Penelitian kualitatif?
F. Bagaimana Pola Kerangka Skripsi Hasil Pengembangan?
BAB 4: BAGAIMANA MENCARI BAHAN PENULISAN SKRIPSI?
A. Apa itu Bahan?
B. Apa saja Syarat Bahan?
C. Bagaimana Tipe-tipe Bahan Penulisan?
D. Bagaimana Cara Perekaman Bahan Pustaka?
E. Bagaimana Cara Perekaman Bahan Hasil Penelitian?
BAB 5: BAGAIMANA sistematikan dan konVensi penulisan skripsi
A. Bagaimana Sistematikan Penulisan Skripsi?
B. Bagaimana Penulisan Kutipan?
C. Bagaimana Penulisan Pustaka Acuan?
D. Bagaimana Penulisan Tabel dan Gambar?
BAB 6: BAGAIMANA penggunaan bahasa dalam skripsi?
A. Bagaimana Penggunaan Kata dan Istilah?
B. Bagamana Penyusunan Kalimat?
C. Bagiamana Penyusunan Paragraf?
D. Bagaimana Penggunaan Ejaan?
BAB 7: BAGAIMANA KONVENSI KERANGKA KESELURUHAN SKRIPSI?
A. Bagaimana Bagian Awal Skripsi?
B. Bagaimana Bagian Inti Skripsi?
C. Bagaimana Bagian Akhir Skripsi?
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

========
Ingin mendapatkan naskah lengkap?
Buku ini sudah diterbitkan oleh Penerbit Bumi Aksara. Bagi yang berminat dapat memperolehnya di toko buku terdekat.
=======

Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi: kedudukan, Fungsi, Pembinaan dan Pengembangannya

PRAKATA


Buku yang terkemas dalam tajuk Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi: Kedudukan, Fungsi, Pembinaan, Pengembangan ini merupakan kumpulan dari berbagai tulisan yang menyebar di beberapa media, terutama jurnal bahasa dan pendidikan. Tujuan kehadiran buku ini adalah memberikan wawasan – atau setidak-tidaknya mengingatkan kembali – kepada pembaca bahwa pada era global yang hampir tidak mengenal batas negara, bangsa, dan budaya ini, bahasa Indonesia mesti, bahkan harus, tetap bisa mengemban visi dan misinya bagi negara dan bangsa Indonesia seiring dengan kedudukan dan fungsinya yang amat sarat itu.
Oleh karena itu, buku ini terasa cocok dibaca oleh siapa saja yang menaruh perhatian kepada bahasa Indonesia, terutama pembina (guru dan dosen) bahasa Indonesia dan mahasiswa jurusan atau program (pendidikan) bahasa Indonesia. Bahkan, para penentu kebijakan di bidang pendidikan (mulai dari kepala sekolah sampai dengan kepada dinas pendidikan) dan pemerhati budaya pun berkepentingan memperoleh wawasan tentang pembinaan dan pengembangan bahasa ini.
Semoga upaya ini ada guna dan manfaatnya bagi kejayaan bahasa Indonesia. Semoga.



Malang, Agustus 2007

Masnur Muslich








DAFTAR ISI


Prakata
Pendahuluan

Bagian Satu:
1.Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
2.Bahasa Indonesia sebagai Identitas dan Penyatu Bangsa
3.Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi

Bagian Dua:
4.Pembinaan Bahasa Indonesia
5.Peran Masyarakat dalam Pembinaan Bahasa Indonesia
6.Sasaran Umum Pembinaan Bahasa Indonesia
7.Upaya Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Kesusastraan di Daerah
8.Peranan Pemimpin dalam Pembinaan Bahasa Indonesia
9.Pembinaan Pengajaran Bahasa Indonesia
10.Hambatan Non-linguistis Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Kedua
11.Linguistik dan Pengajaran Bahasa Indoesia

Bagian Tiga:
12.Pengembangan Bahasa Indonesia
13.Beberapa Pedoman dalam Standardisasi Bahasa di Sepanjang Sejarah
14.Peristilahan dalam Bahasa Indonesia
15.Persoalan di Sekitar Bentuk Ucapan Baku Bahasa Indonesia
16.Kegiatan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Daftar Pustaka
Lampiran
Lampiran 1: Putusan Berbagai Kongres Bahasa Indonesia
- Lampiran 1.a: Putusan Kongres Bahasa Indonesia I
- Lampiran 1.b: Putusan Kongres Bahasa Indonesia II
- Lampiran 1.c: Putusan Kongres Bahasa Indonesia III
- Lampiran 1.d: Putusan Kongres Bahasa Indonesia IV
- Lampiran 1.e: Putusan Kongres Bahasa Indonesia V
- Lampiran 1.f: Putusan Kongres Bahasa Indonesia VI
- Lampiran 1.g: Putusan Kongres Bahasa Indonesia VII
Lampiran 2: Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional
Lampiran 3: Hasil Perumusan Seminar Bahasa Daerah


=====
Ingin mendapatkan naskah lengkap?

1. Kirimkan dana kontribusi rp 35.000,- (tiga puluh lima ribu rupiah) ke rekening:
BNI 46 Cabang Malang
No. Rek. 0116301510
a.n. Masnur Muslich, Drs., M.Si.
2. Kirimkan kopi resi pengirimannya dan e-mail anda ke alamat:
Drs. Masnur Muslich, M.Si.
Jln. Ciliwung II/21, Malang 65122
Jawa timur
3. Naskah segera kami kirimkan via email anda.