BAHASA INDONESIA:
PELUANG DAN TANTANGAN PADA ERA GLOBALISASI
Masnur Muslich
Era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu dahsyat menuntut oara pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa. Sebagaimana dikemukakan oleh Featherston (dalam Lee, 1996), globalisasi menembus batas-batas budaya melalui jangkauan luas perjalanan udara, semaki luasnya komunikasi, dan meningkatnya turis (wisatawan) ke berbagai negara.
Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat, perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan. Data terakhir menunjukkan setidaknya 52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language Studies). Bahkan, perkembangan ini akan semakin meingkat setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999. Walaupun perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat di satu sisi, di sisi lain peluang dan tantangan terhadap bahasa Indonesia semakin besar pula. Berbagai peluang bahasa Indonesia dalam era globalisasi ini antara lain adanya dukungan luas dari berbagai pihak, termasuk peran media
Mencermati berbagai peluang dan tantangan tersebut, memunculkan serangkaian pertanyaan berikut.
Mampukah bahasa
Apakah peluang-peluang yang mendukung pembinaan bahasa Indonesia dalam mempertahankan jati diri bahasa
Apa saja tantangan-tantangan masa depan terhadap perkembangan bahasa Indonesia dalam arus tarik-menarik tersebut?
Bagaimana upaya penanggulangan terhadap tantangan-tantangan tersebut?
Potret Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi
Era globalisasi akan menyentuh semua aspek kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa yang semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah bahasa Inggris, yang pemkainya lebih dari satu miliar. Akan tetapi, sama hanya denga bidang-bidang kehidupan laian, sebagaimana dikemukakan oleh Naisbii (1991) dalam bukunya Global Paradox, akan terjadi paradoks-paradoks dalam berbagai komponen kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa Inggris, misalnya, walaupun pemakainya semakin besar sebagai bahasa kedua, masyarakat suatu negara akan semakin kuat juga memempertahankan bahasa ibunya. Di Islandia, sebuah negara kecil di Eropa, yang jumlah penduduknya sekitar 250.000 orang, walaupun mereka dalam berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, negara ini masih mempertahankan kemurnian bahasa pertamanya dari pengaruh bahasa Inggris. Di Kubekistan (Guebec), yang salama ini peraturan di negara bagian ini mewajibkan penggunaan bahasa Perancis untuk semua papan nama, sekarang diganti dengan bahasa sendiri. Demikian juga negara-negara pecahan Rusia seperti
Bagaimana halnya dengan di
Berbagai fenomena dan kenyataan itu akan semakin mendukung ke arah terjadinya suatu pertentangan (paradoks) dan arus tarik-menarik antara globalisasi dan lokalisasi. Persoalan berikutnya adalah mampukah bahasa Indonesia mempertahankan jati dirinya di tengah-tengah arus tarik-menarik itu? Untuk menjawab persoalan ini, marilah kita menengok ke belakang bagaimana bahasa Indonesia yang ketika itu masih disebut bahasa Melayu mampu bertahan dari berbagai pengaruh bahasa lain baik bahasa asing maupun bahasa daerah lainnya di nusantara. Sejauh ini tanpa terasa banyak kosakata yang sebenarnya hasil serapan dari bahasa lain tetapi sudah kita anggap sebagai kosakata bahasa Melayu/Indonesia. Misalnya sebagai berikut.
Bahasa Asal: | Contoh Kata yang Diserap: |
Bahasa Sanskerta | agama, bahasa, cerita, cita, guru, harta, pertama, sastra, sorga, warta |
Bahasa Arab | alam, adil, adat, daif, haram, haji, kitab, perlu, sah, subuh, hisab, madrasah, musyawarah |
Bahasa Belanda | pipa, baut, kaos, pesta, peluit, setir, brankas, balok, pelopor, dongkrak, nol, bom, saku |
Bahasa Inggris | kiper, kornel, tim, gol, final, tes, organisasi, proklamasi, legal, administrasi, stop, |
Bahasa Cina | loteng, kue, kuah, the, cengkeh, cawan, teko, anglo, toko, tauco |
Bahasa Tamil | mempelai, keledai, perisai, tirai, peri, cemeti, kedai, modal, pualam, ragam, gurindam |
Bahasa Portugis | meja, kemeja, gereja, bendera, peluru, almari, mentega, roda, lentera, armada, paderi |
Bahasa Parsi | bandar, syahbandar, kenduri, kelasi, anggur, istana, tamasya, takhta, nakhoda, bius |
Bahasa Jawa | gampang, ngawur, ruwet, sumber, jago, lebaran, bisa, tanpa, sengit, ajeg, tuntas |
Bahasa Sunda | Camat, garong, lumayan,melotot, ompreng, pencoleng, mending, nyeri, anjangsana, tahap |
Bahasa Minangkabau | cemooh, ejek, bak, enau, engkau, semarak, heboh, cetus, ngarai, taut |
Kesemua kata-kata tersebut menjadi kosakata bahasa Indonesia melalui proses adaptasi sehingga sesuai dengan sistem bahasa
Berbagai Peluang bagi Pengembangan Bahasa
Pada masa-masa mendatang, terutama pada era global ini, sumber daya manusia memegang peranan yang sangat menentukan kadar keberhasilan sesuatu, termsuk keberhasilan pembinaan dan pengembangan bahas. Oleh karena itu, para pemegang kebijakan dan pelaksana di lapangan harus pandai-pandai memanfaatkan peluang sebaik-baiknya, sekecil apa pun peluang itu. Di antara sekian peluang yang ada, peluang berikut kiranya perlu dipertimbangkan.
a. Adanya Dukungan Luas
Telah dikemukakan bahwa pembinaan bahasa Indonesia dari waktu ke waktu memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan.Hal ini disebabkan oleh adanya dukungan, terutama dari pemerintah. Dukungan tersebut dapat kita lihat dengan terbitnya
(1) Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Nomor 20, tanggal 28 Oktober 1991, tentang Pemasyarakatan Bahasa Indonesi dalam Rangka Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Bangsa;
(2) Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor I/U/1992, tanggal 10 April 1992, tentang Peningkatan Usaha Pemasyarakatan Bahasa Indonesia dalam Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa;
(3) Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati, dan Walikoa seluruh
(4) Pencangan Disiplin Nasional oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Mei 1995 yang salah satu butirnya adalah penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar; dan
(5) Kegiatan Bulan Bahasa yang dilakukan setiap bulan Oktober, yang dipelopori oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Sebagai tindak lanjut dari dukungan pemerintah tersebut, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa telah dan akan terus menjalin kerja sama dengan Pemerintah Tingkat I di seluruh
(1) Penyuluhan bahasa
(2) Penyegaran keterampilan berbahasa;
(3) Penataran tentang penyusunan berbagai naskah dinas; dan
(4) Penertiban penggunaan bahasa Indonesia di tempat-tempat umum, seperti papan nama, iklan, papa petunjuk, rambu lalu-lintas, dan kain rentang (spanduk)
Hal ini menunjukkan bahwa bahasa ndonesia pada masa-masa mendatang diharapkan lebih menampakkan peranannya dalam kehidupan modern. Sebab, bahasa Indonesia tidak hanya sekadar sebagai alat komunikasi dalammasyarakat yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang beraneka ragam, tetapi juga merupakan pembentuk sikap budaya bangsa
b. Peran Serta Media
Tidak dapat disangkal bahwa media massa memberikan andil bagi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Kata dan istilah baru, baik yang bersumber dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, pada umumnya lebih awal diakai oleh media massa, apakah di media surat kabar, radio, atau televisi. Media massa memang memiliki kelebihan. Di samping memiliki jumlah pembaca, pendengar, dan pemirsa yang banyak, media mass mempunyai pengaruh yang besar di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, media massa merupakan salah satu mitra kerja yang penting dalam pelancaran dan penyebaran informasi tentang bahasa. Seiring dengan itu, pembinaan bahasa Indonesia di kalangan media massa mutlak diperlukan guna menangkal informasi yang menggunakan kata dan istilah yang menyalahi kaidah kebahasaan. Kalangan memdia massa harus diyakinkan bahwa mereka juga pembinan bahasa seperti kita.
Keberadaan media massa meruloakan suatu peluang yang perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Terkait dengan itu, Harmoko (1988), ketika menjadi Menteri Penerangan, menyarankan bahwa pers sebaiknya memuat ulasan atau menyediakan ruang pembinaan bahasa Indonesiasebagai upaya penyebaran pembakuan yang telah disepakati bersama. Di samping itu, pers diharapkan mampu mensosialisasikan hasil-hasil pembinaan dan pengembangan bahasa, dan mampu menjadi contoh yang baik bagi masyaralat dalam hal pemkaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Harapan ini sangat mungkin bisa direalisasikan karena pers telah memiliki pedoman penulisan yang disebut Pedoman Pnulisan Bahasa dalam Pers.
Melihat perkembangan pers saat ini, khsususnya setelah euforia reformasi, banyak hal yang memprihatinkan, khususnya dalam etika berbahasa. Hampir setiap hari berbagai hujatan dan ejekan keras terus diarahkan kepada beberapa pejabat Orde Baru dengan berbagai masalah yang menimpa mereka ketika berkuasa. Dengan berpijak pada istilah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), pers dengan leluasa memberikan opini dengan pernyataan-pernyataan yang bernada ‘menghakimi’ oknum yang bersangkutan. Bahasa yang terkesan keras bahkan kasar ini kalau terus-meneerus mewarnai pers, tentu akan berpengaruh negatif pada pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia, kerana mesyarakat luas akan dengan mudah menirukannya.
Berbagai Tantangan dan Upaya Penanggulangannya
Masalah pembinaan dan pengembangan bahasa selama ini telah memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tidak berarti di seputar itu tidak ada hambatan atau tantangan yang memerlukan penanganan yang serius. Pada masa-masa mendatang pembinaan dan pengembangan bahasa dihadapkan kepada berbagai tantangan yang apabila hal itu tidak ditangani dengan sungguh-sungguh akan menjadi kerikil-kerikiltajam yang dapat menghambat usaha tersebut.
Tantangan-tantangan yang patut dipertimbangan itu antara lain sebagai berikut.
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
keberhasilan suatu program dan usaha sangat banyak ditentukan oleh sumber daya manusianya. Keberhasilan pembinaan dan pengembangana bahasa pu antara lain juga bergantung kepada manusia pelaksananya. Sehubungan dengan itulah, sosok yang memegang kendali dalam pembinaan dan pengembangan bahasa padamasa-masamendatang dituntut lebih profesional lagi di bidangnya.
Kemajuan atau perkembangan dalam segala sektor kehidupan sebagai dampak kemajuan ilmu dan teknologi menuntut fungsi optimal bahasa Indonesia sebagai saranan komunikasi masyarakat Indoesia. Bahasa Indonesia dituntut lebih efektif dan efisien dalam mewadahi berbagai konsep yang diperlukan masyarakat Idonesia yang semakin terbuka dan modern. Bahasa Indonesia juga harus bisa memenuhi keperluan masyarakat pemakainya dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, pendidikan, pengetahuan, teknologi, keamanan, dan kebudayaan (Moeliono, 1985). Dengan kata lain, bahasa Indonesia harus bisa mewujudkan jati dirinya sebagai bahasa modern, sebagaimana yang diamanatkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) (Lihat GBHN 1998).
Hal tersebut hanya dapat terwujud apabila upaya pembinaan dan pengembangan bahasa berjakan dengan baik. Program itu akan berjalan sebagaimana yang diharapkan apabila didukung oleh manusia yang berkualitas, baik yang duduk sebagai pemegang kebijakan maupun yang terjun langsung ke lapangan. Oleh karena itu, peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan, baikmelalui jalur formal maupun jalur nonfomal.
b. Bahasa Asing dan Gengsi Sosial
Salah satu butir tujuan pembinaan bahasa Indonesia ialah membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Hal ini memberikan isyarat bahwa madsalah sikap merupakan faktor yang paling menentukan keberhasilab pembinaan tersebut. Dari sikap positif inilah akan tumbuh kecintaan dan kebanggan berbahasa Indonesia.
Sikap positif terhadap bahasa Indonesia akhit-akhir ini memang sudah menampak, walaupun belum seperti yang kita harapkan. Hal ini berarti bahwa pembinaan bhasa Indonesia yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam berbagai bentuknya telah menmpakkan hasil yang cukup menggembirakan. Bahasa Indonesia telah memperlihatkan peranannya dalam kehidupan bangsa Indonesia, baik sebagai sarana komunikasi maupun sebagai pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan supaya bahasa Indonesia benar-benar menjadi kebanggan kita sebagai bangsa Indonesia.
Jika kita berbicara tentang gengsi sosial dalam hubungannya dengan bahasa Indonesia secara jujur masih memerlukan penanganan yang serius, baik yang menyangkut pembinaan maupun pengembangannya. Gengsi sosial bahasa Indonesia masih kalah tinggi dengan gengsi sosial bahasa asing (terutama bahasa Inggris) memang kita akui, dan hal ini merupakan tantangan. Namun, hal ini janganlah kita tinggal diam dan pesimis. Sebaliknya, kita harus nelakukan upaya-upaya yang dapat mengangkat gengsi sosial atau martabat bahasa Indonesia sehingga dapat sejajat dengan bahasa-asinhg asing yang sudah maju,mempunyai nama (prestise), dan berpengaruh besar di kalangan masyarakat.Salah satu cara yang bisa dilakukan agar bahasa Indonesia mempunyai gengsi sosial yang tinggi di kalangan masyatakat Indonesia adalah memberikan penghargaan yang proporsional kepada anggota masyarakat yang mampu berbahasa Indonesia (baik lisan maupun tulis) dengan baik dan benar, sebagai bagian dari porestasi yang bersangkutan. Misalnya, sedbagai persyaratan pengangkatan pegawai negeri atau karyawan, sebagai perssuaratan promosi jabatan, pemberian royalti yang layak kepada penulis/pengarang di bidang masing-masing dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa Indonesia harus diarahkan ke sana. Tentu saja hal ini berkaitan dengan berbagai faktor, misalnya perencanaan yang matang dan menyeluruh, dukungan pemerintah yang optgimal, dan keterlibatan masyarakat Indonesia sebagai pemakai dan pemilik bahasa Indonesia. Karena bahasa merupakan hasil budaya, tentu memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadikan bahasa Indonesia sesuai dengan yang kita cita-citakan. Tetapi, kalau komitmen kita benar-benar kita jalankan, harapan itu akan terwujud.
Daftar Pustaka
Christin, Donna. 1988, "Language planning the view from linguistics". Dalam Newmeyer, F. J. Ed. Linguistics the Cambridge Survey. Cambridge University Press.
Crystal, David. 1997. The Cambridge Encyclopedia of Language. Second edition.
Fasold, Ralp. 1984. The Sociolinguistics of Society. Oxford: Basil Blackwell.
__________. 1990 The Sociolinguistic of Language. Cambridge: Basil Blackwell.
Fishman, Joshua, A. 1975. Sociolinguistics. Rowbury House Publ.
Gumperz, John dan Gumperz Jennie Cook. 1985. Language and Social Identity. Cambridge: Cambridge University Press.
Hassan, Abdullah. Ed. 1994. Language Planning in Southeast Asia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Makagiansar, M. 1990. "Dimensi dan Tantangan Pendidikan dalam Era Globalisasi" dalam Mimbar Pendidikan. Th. IX/4. Bandung: University Press IKIP Bandung.
Moeliono, Anton. 1985. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Ancangan Alternatif di dalam Perencanaan Bahasa. Jakarta : Djambatan.
_________. 1991. "Aspek Pembakuan dalam Perencanaan Bahasa". Makalah Munas V dan Semloknas I HPBI. Padang : Panitia Penyelenggara.
Muslich, Masnur dan Suparno. 1988. Bahasa Indonesia: Kedudukan, Fungsi, Pembinaan, dan Pengembangannya. Banung: Jemmars.
Newmeyer, Frederick, J. 1988. Language: The Sociocultural Context. Cambridge : Cambridge University Press.
Noss, Richard B. 1994. "The Unique Context of Language Planning in
Pateda, Mansoer. 1990. Sosiolinguistik. Bandung : Angkasa.
__________. 1991. “Pengaruh Arus Globalisasi terhadap Pembinaan Bahasa di Indonesia". Makalah Munas V dan Semloknas I HPBI: Padang : Panitia Penyelenggara.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Seminar Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Pusat Bahasa
Rubin, Joan and Bjorn H. Jernudd (Eds.). 1971. Can Language Be Planned? Sociolinguistic Theory and Practice for Developing Nations. Honolulu: The University Press of Hawaii
Salim, Emil, 1990. "Pembekalan Kemampuan Intelektual untuk Menjinakkan Gelombang Globalisasi" dalam Mimbar Pendidikan, Th. IX/4. Bandung: University Press IKIP Bandung (8-15)
Verhaar, J. W. M. 1989. Identitas Manusia. Yogyakarta: Kanisius.
Drs. Masnur Muslich, MSi. adalah dosen Universitas Negeri Malang –
Tidak ada komentar:
Posting Komentar