26 Agustus 2007

Laporan Pembimbingan Penulisan Karya Ilmiah

LAPORAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


PEMBIMBINGAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
KELOMPOK STUDI GURU BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR
TUREN MALANG












OLEH
DRS. MASNUR MUSLICH, M.SI








UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA

JULI 2007

I. Latar Belakang
Kegiatan Pembimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini didasarkan oleh Surat Tugas Dekan Fakutas Sastra UM No. 1324/H32.2/DT/2007 tanggal 00 Juni 2002 sebagai respons Surat Koordinator Kelompok Studi Sekolah Dasar Kecamatan Turen tanggal 12 Juni 2007 tentang permintaan tenaga pembimbingan penulisan Karya Tulis Ilmiah sebagaimana terlampir.
Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini sebagian besar kemampuan guru dalam penyampaian gagasan dalam bentuk karya tulis ilmiah sangatlah lemah. Hal ini disebabkan oleh selain kurang adanya minat, para guru pada umumnya juga kurang ada keberanian untuk menyampaikan gagasan yang terkait dengan bidang studinya dalam bentuk karya tulis ilmiah dalam berbagai bentuk. Padahal, berbagai kesempatan untuk mengekspresikan gagasan ilmiah tersebut sangatlah luas dan berbagai media/sarana untuk menampung hasil ekspresi tersebut sangatlah terbuka bagi mereka. Apabila kondisi ini terus dipertahankan dan tidak apa upaya untuk meningkatkan kemampuan tersebut, profesionalisme guru tentu akan timpang.
Pada sisi lain, profesionalisme guru tidak hanya terlihat pada kemampuannya dalam mengelola kegiatan belajar mengajar bagi siswanya, tetapi juga pada kemampuannya dalam menyampaikan gagasan yang terkait dengan bidang studinya dalam bentuk karya tulis ilmiah. Oleh karena itu, keseimbangan kedua kemampuan ini haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga tuntutan profesinalisme sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dapat tercapai.
Menyadari akan kondisi kemampuan guru tersebut di satu sisi dan tuntutan profesionalisme di lain sisi, permintaan tenaga pembimbingan penulisan Karya Tulis Ilmiah oleh Kelompok Studi Gusu Sekolah Dasar Turen perlu disambut dengan tidak hanya sekedar pemenuhan Surat Tugas tetapi – lebih dari itu – dilakukan dengan pembinaan yang intensif, profesional, terarah, dan berkelanjutan.

II. Tujuan
Kegiatan Pembimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan agar guru peserta kegiatan mempunyai keterampilan menulis karya ilmiah, khususnya karya tulis yang terkait dengan bidang studinya.
Secara khusus, kegiatan ini diarahkan pada keterampilan memilih topik yang layak dikembangkan sebagai karya tulis ilmiah, penjabaran topik dalam bentuk kerangka yang utuh, pengembangan setiap gagasan yang menunjang topik, penggunaan bahasa Indonesia ilmiah, dan konvensi penulisan karya ilmiah.

III. Pelaksanaan Program Pembinaan
a. Materi Pembinaan
Berdasarkan tujuan tersebut, materi pembimbingan difokuskan pada pelatihan
(1) penyusunan berbagai jenis paragraf;
(2) penyusunan berbagai jenis karangan;
(3) pemilihan dan perumusan topik yang memenuhi syarat;
(4) penelusuran sumber bahan sebagai bahan penyusunan karangan;
(5) penyusunan kerangka karangan;
(6) konvensi penulisan karya tulis ilmiah.

b. Strategi Pelaksanaan
Pembimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dengan strategi berikut.
(1)Mengenal materi pelatihan dengan cara memberikan contoh-contoh pemakaian real (setiap materi) untuk diteliti peserta;
(2)Mendaftar karakteristik setiap fenomena yang diamati untuk dipakai sebagai dasar pelatihan;
(3)Berlatih sesuai dengan keterampilan yang ingin dicapai;
(4)Memantapkan hasil pelatihan dengan jalan memberikan advis indivual.



c. Peserta
Pembimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini diikuti oleh 20 peserta. Nama dan asal sekolah peserta sebagaimana terlampir.

d. Tempat dan Jadwal Pelaksanaan
Pembimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah di laksanakan di SDN 2 Turen, dengan empat kali pertemuan, yaitu
(1)pertemuan pertama tanggal 17 Juni 2007
(2)pertemuan kedua tanggal 23 Juni 2007
(3)pertemuan ketiga tanggal 24 Juni 2007
(4)pertemuan keempat tanggal 1 Juli 2007

IV. Hasil Pelaksanaan
Selama empat kali pertemuan, hasil pembimbingan dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.Para peserta dapat memahami berbagai jenis paragraf dan jenis karangan; dan dapat menerapkannya dalam karya tulis, walaupun bersifat parsial.
2.Para peserta mampu menentukan topik sesuai dengan bidang yang digelutinya dan mengembangkannya dalam bentuk kerangka utuh.
3.Para peserta bisa membiasakan menulis karya ilmiah sesuai dengan konvensi penulisan.
4.Beberapa peserta ingin mengembangkan kerangka karangan (yang telah disisposisi pembimbinga) menjadi karya tulis yang siap sipublikasikan.

V. Penutup
Berdasarkan pentauan dan hasil pelaksanaan pembimbingan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.Program pembimbingan penulisan karya tulis ilmiah ini perlu dikembangkan lebih lanjut kepada guru-guru yang selama ini belum mempnyai keteram[ilan terhadap penulisan karya tulis ilmiah.
2.Rentang waktu pembimbingan perlu ditambah atau disesuaikan dengan kebutuhan agar output-nya benar-benar mantap.
3.Materi pelatihan perlu ditata kembali agar selain sesuai dengan kebutuhan, juga bisa menarik bagi peserta pembimbingan.
4.Monitoring berkenjutan kepada peserta pembimbingan perlu dilakukan secara berkala agar diketahui perkembangan peserta dalam berkarya tulis ilmiah.

























Lampiran2: Contoh Materi Pembimbingan

Syarat Penyusunan Paragraf
Oleh Masnur Muslich

Paragraf yang baik menuntut adanya prisip-prinsip (1) kesatuan, (2) kepaduan, dan (3) pengembangan. Kesatuan menunjukkan pengertian bahwa kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf mendukung satu tema/pikiran. Kepaduan mengacu kepada hubungan yang harmonis antarkalimat dalam paragraf, sedangkan pengembangan mengacu kepada teknik penyusunan gagasan-gagasan dalam paragraf.
a. Kesatuan
Pembicaraan tentang kesatuan dalam paragraf menyangkut pembicaraan tentang gagasan utama dan gagasan tambahan. Keduanya menampak pada kalimat utama dan kalimat penjelas. Posisi kalimat utama dan dan kalimat penjelas tidak selalu tetap. Kalimat utama dapat mengambil posisi di awal paragraf, di akhir paragraf, di awal dan akhir paragraf sekaligus, atau di seluruh kalimat dalam paragraf.
1) Paragraf Deduktif
Contoh:
Sebagai telah penulis katakan di depan, sebuah karangan argumentasi dikembangkan dalam dua kemungkinan cara, yakni cara induktif dan cara deduktif. Dalam cara induktif, pengarang memulai dari suatu kenyataan ke kenyataan lainnya dan mengakhirnya dengan suatu generalisasi. Sebaliknya, cara deduktif akan bermula dengan satu generalisasi, yaitu satu anggapan umum, lalu mencari bukti-bukti dan kenyataan-kenyataan untuk membenarkannya. Dalam penulisan dua cara ini harus dilakukan dengan seimbang dan saling mengisi.
2) Paragraf Induktif
Contoh:
Agar komunikasi terjadi dengan baik, kedua belah pihak memerlukan bahasa yang bisa dipakai dan dipahami bersama. Wujud bahasa yang utama adalah bunyi. Bunyi-bunyi itu dapat disebut bunyi bahasa jika dihasilkan oleh alat bicara manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bunyi bahasa itu sebagai alat pelaksana bahasa
3) Paragraf Repetitif
Contoh:
Fonemisasi merupakan prosedur atau cara menemukan fonem-fonem yang ada dalam suatu bahasa. Karena bunyi bahasa banyak sekali jumlahnya, fonemisasi tidak berusaha untuk mencatat semua bunyi yang ditemukan. Tentunya, fonemisasi merupakan prosedur menemukan bunyi-bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan arti.



4) Paragraf Deskriptif
Contoh:
Pintu cendela dan rumah tetap tertutup. Cahaya lampu tiada tampak. Kesempatan beristirahat setelah sesiang tadi bekerja keras di sawah, dipergunakan sebaik-baiknya oleh penghuninya
b. Kepaduan
Kepaduan sebuah paragraf dapat didukung oleh beberapa cara: (1) pengulangan kata-kata kunci, (2) pemakaian kata ganti tertentu, dan (3) pemakaian kata-kata transisi.
1) Pemakaian Kata Kunci
Contoh:
Karena bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat bicara kita itu banyak ragamnya, bunyi-bunyi itu dikelompokkan ke dalam unit-unit yang disebut fonem. Fonem inilah yang dijadikan objek penelitian fonemik. Jadi, tidak seluruh bahasa yang bisa dihasilkan oleh alat bicara dipelajari oleh fonemik. Bunyi-bunyi bahasa yang fungsionallah yang menjadi bagian fonemik
2) Pemakainan Kata Ganti Tertentu
Contoh:
Dialog utara selatan tidak dapat dipisahkan dari krisis ekonomi dunia dan juga tidak dapat ditunda untuk memberikan perhatian kepadanya sampai krisis tersebut dipecahkan dan penyembuhan sudah berjalan. Di dalam lampiran, kami membuat usulan untuk menyuntikkan tujuan baru di dalam dialog itu. Inilah suatu urgenisasi yang baru diperoleh. Situasi menyedihkan akan dihadapi negara-negara dan interpedensi yang dramatik antara Utara dan Selatan di dalam bidang-bidang seperti perdagangan dan keuangan membuatnya menjadi jelas. Akan tetapi, resensi ekonomi global dan kemacetan dialog Utara-Selatan saling memperkuat satu sama lain, dan dialog menjadi mati dan tidak produktif. Bagaimana lingkaran setan ini bisa dipecahkan
3) Pemakaian Kata-Kata Transisi
Agar perpindahan dari kalimat satu ke kalimat berikutnya mengalir dengan baik, tidak jarang digunakan kata sambung atau konjungsi. Secara umum kata sambung dibedakan ke dalam beberapa kategori:(1) kata sambung intrakalimat, (2) kata sambung antarkalimat, (3) kata sambung antarparagraf.
Yang termasuk kata sambung jenis ini adalah dan, atau, yang, tetapi, sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai, jika, kalau, asal(kan), bila, manakala, andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya, agar, supaya, biar, biarpun, meski(pun), sekalipun, walau(pun), sungguhpun, kendati(pun), seolah-olah, seakan-akan, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, sebab, oleh karena, (se)hingga, sampai, maka, bahwa, dengan, baik ... maupun ..., demikian ... sehingga, apakah ... atau ...., entah ..., jangankan ..., .... pun ....
Kata sambung antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Karena kata sambung ini selalu mengawali kalimat, penulisannya selalu diawali dengan huruf kapital. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah biarpun demikian, biarpun begitu, sekalipun, begitu, sungguhpun demikian, meskipun begitu, meskipun demikian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya, sesungguhpun, malah (an), bahkan, akan tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh karena itu, oleh sebab itu, dan sebelum itu.
Kata sambung antarparagraf menghubungkan satu paragraf dengan paragraf yang lain. Kata sambung ini mengawali sebuah paragraf. Hubungan dengan paragraf sebelumnya berdasarkan makna yan terkandung dalam paragraf sebelumnya. Yang termasuk kata sambung jenis ini adalah dalam hubungan ini, dalam pada itu, berbeda dengan itu, adapun,sebagai perbandingan, dan sebagainya.
Contoh:
Dalam hubungan ini, jelaslah bahwa perencanaan sangat erat hubungannya dengan filsafat yang dianut oleh suatu negara, terutama perencanaan di bidang sosial. Hal ini berlaku pula untuk perencanaan komunikasi. Usaha utama dalam perencanaan komunikasi adalah mengelola proses penyesuaian diri dan berusaha memenuhi kebutuhan (komunikasi) dari sebanyak mungkin pihak, yang seringkali bertentangan dalam sistem dan dalam bidang kepentingannya. Sebagai akibatnya kontrol dan pengorganisasiannya akan meningkat. Hal ini akan memudahkan peramalan tingkah laku sosial, tetapi merupakan bahaya untuk kebebasan mengeluarkan pendapat. Dengan demikian, perencanaan dalam bidang komunikasi perlu diadakan secara terbatas pula.

c. Pengembangan Paragraf
a. Urutan Waktu
Contoh:
Pada suatu ketika Dewa Matahari terhina oleh perbuatan salah satu saudaranya, lalu mengasingkan diri ke sebuah gua membiarkan bumi dalam keadaan gelap gulita. Dewa itu mengirim cucunya, Niningi-No-Mikoto, untuk menjalankan pemerintahan di bumi, mendarat di pulau. Ia membawa serta permata, sebilah pedang dan sebuah cermin dari neneknya. Niningi-No-Mikoto mempunyai cucu dan itulah Jimu Tenno, Kaisar pertama yang memerintah Jepang
b. Urutan Ruang
Contoh:
Bulan bertengger di atas rumah ini. Sinarnya yang lembut menyentuh dedaunan memahatkan bayang-bayang semacam ukiran di tanah yang dingin. Penghuni rumah itu telah lelap. Begitu pula keadaan di rumah itu. Semua pintu dan jendela terkunci rapat, serapat mata penghuni yang terkatup karena nyenyaknya. Di luar pepohonan mandi cahaya, bunga kaca piring lebih putih kelihatannya, sedang daun-daun Beringin Jepang yang keperak-perakkan bergerak pelan. Rumah itu manis sekali kelihatannya, semanis Sinta Sasanti serta adik-adiknya, anak-anak keluarga Rosena
c. Contoh-Contoh
Contoh:
Fonem vokal tunggal /i/, yang tergolong vokal depan, tinggi, dan terentang, memiliki distribusi lengkap. Dikatakan demikian karena fonem ini dapat berada pada posisi awal kata (inisial), tengah kata (medial), dan akhir kata (final). Pada inisial fonem /i/ terdapat pada ibu, insan, dan ikan, misalnya. Contoh pada medial adalah sibuk, bisa, dan kilah, sedangkan pada posisi final dapat diambil contoh-contoh sapi, kami, dan mati
d. Perbandingan
Contoh:
Dalam tatabahasa tradisional dikenal bentuk kalimat aktif dan pasif. Pada kalimat aktif, subjek kalimat melakukan suatu tindakan/aktivitas. Sebaliknya, pada kalimat pasif, subjek kalimatnya dikenai/menderita sesuatu. Predikat pada kalimat aktif pada umumnya berawalan me- atau ber-, sedangkan pada kalimat pasif berawalan di- atau ter-
e. Analogi
Contoh:
Anak adalah bunga hidup. Anak adalah keharum-haruman rumah tangga. Anak adalah pelerai demam. Kepada anak bergantung pengharapan keluarga di kemudian hari. Dialah ujung cita-cita dalam segenap kepayahan. Misalnya terjadi perselisihan dalam rumah, namun perselisihan itu bisa didamaikan apabila suami istri sama-sama melihat anaknya yang masih suci itu, yang tidak boleh turut menjadi korban karena pertengkaran dan perselisihan ayah bundanya. Sebab itu, Nabi SAW sangat besar pengasihnya kepada anak-anak. Sampai punggungnya diperkuda-kuda oleh anak-anak sedang ia sembayang. Sampai anak-anak dipangkunya sedang ia mengerjakan ibadah itu. Apabila hendak sujud diletakkannya itu di sampingnya dan bila ia hendak tegak dipungutnya balik
f. Hubungan Sebab Akibat
Contoh:
Krisis Meksiko pada musim panas tahun1982 cukup memberikan bukti besar tentang fakta adanya saling ketergantungan. Kesulitan yang duhadapi ekonomi Meksiko menampilkan ancaman yang sungguh-sungguh pada bank-bank komersial dan kepada investor swasta. Konsekuensi politik dan ekonomi terutama bagi Amerika Serikat bisa mengerikan. Pada akhir tahun 1981 bank-bank Amerika mengambil bagian pinjaman terbesar di dalam bank ke Meksiko $21 milyar dari jumlah keseluruhan sebanyak $57 milyar yang menjadi hutang Meksiko kepada bank-bank asing. Konsekuensi potensial, tunggakan dari Meksiko atau kegagalan sebuah bank besar Amerika Serikat, benar-benar mengganggu untuk direnungkan. Pemotongan impor di Meksiko memukul ekspor dari Amerika Serikat dan banyak negara industri yang lain. Kegagalan ekonomi di Meksiko bisa menyebabkan tekanan besar-besaran arus migrasi di Texas dan California. Tidaklah mengherankan, Amerika Serikat memainkan peranan yang besar dalam memelopori aksi segera yang diambil oleh Bank for Intenational Settlements, International Monetary Fund dan bank-bank sentral negara-negara barat yang besar, dan mengambil langkah-langkah tambahannya sendiri, termasuk membelikan minyak Meksiko dengan sistem ijon secara besar-besaran buat cadangan strategis Amerika Serikat
g. Proses
Contoh:
Jika kita pakai simbol S untuk subjek, P untuk predikat, dan O untuk objek, maka kaidah umum untuk membuat kalimat pasif dari kalimat aktif adalah sebagai berikut.
1. Pertahankan urutan S P O, tetapi tukarkanlah pengisi S dan O.
2. Gantilah prefiks meng- dengan di- pada P.
3. Tambahkanlah kata oleh di muka O, terutama jika O terpisahkan oleh kata lain dari P
h. Umum Khusus
Contoh:
Pertunjukkan teater yang mengasyikkan adalah pertunjukkan yang memiliki ciri komunikatif antara pekerja teater dengan penontonnya. Keakraban tersebut terjalin pada komunikasi rohani, yang menimbulkan harmoni antara pelaku dan penontonnya. Pertunjukkan semacam ini sering terjadi di lingkungan teater traditional, yang selalu sejalan dengan perkembangan masyrakatnya. Para penonton pun tidak terikat tempat dan waktu. Di dalam pementasan teater tradisional, adegan-adegan yang lucu dapat diulang-ulang oleh pelakunya sehingga penonton merasa puas (terhibur). Demikian pula pengulangan adegan tari ataupun nyanyian yang digemari oleh publiknya. Isi ceritanya dapat berangkat dari kehidupan sehari-hari, dari legenda, cerita rakyat, roman sejarah, atau cerita asing yang diadaptasikan dengan masyarakatnya. Dialog-dialog dalam teater rakyat bersifat spontan didialogkan oleh para pelakunya
i. Definisi Luas
Contoh:
Masalah bahasa di Indonesia adalah masalah nasional yang memerlukan pengorbanan yang berencana, terarah, dan teliti. Masalah bahasa ini adalah keseluruhan masalah yang ditimbulkan oleh kenyatan bahwa jumlah bahasa yang terdapat dan dipakai di Indonesia besar, bahwa bahasa-bahasa ini merupakan bagian daripada dan didukung oleh kebudayaan yang hidup, dan bahwa bahasa-bahasa ini memainkan peranan yang berbeda di dalam hubungan dengan kepentingan nasional. Di samping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi pemerintah, terdapat bahasa-bahasa daerah yang jumlahnya belum diketahui dengan pasti dan bahasa-bahasa asing yang dipakai sebagai bahasa perhubungan intenasional.
Sebagai masalah nasional, keseluruhan masalah bahasa di Indonesia merupakan satu jaringan masalah yang dijalin oleh (1) masalah bahasa nasional, (2) masalah bahasa daerah, dan (3) masalah bahasa asing. Di dalam jaringan ini sebagai akibat pemakaian bahasa-bahasa ini di dalam masyarakat yang sama, yaitu masyarakat Indonesia, masalah bahasa nasional, masalah bahasa-bahasa daerah, dan masalah bahasa asing itu memiliki hubungan timbal balik. Pengolahan bahasa nasional tidak dapat dipisahkan dari pengolongan bahasa-bahasa daerah, demikian pula sebaliknya. Penggolongan masalah bahasa nasional dan bahasa-bahasa daerah tidak pula dapat dilepaskan dari masalah pemakaian dan pemanfaatan bahasa-bahasa asing tertentu di Indonesia. Oleh karena itu, pengolahan keseluruhan masalah bahasa ini memerlukan adanya satu kebijaksanaan nasional yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga pengolahan masalah itu benar-benar berencana, terarah, dan teliti. Kebijaksanaan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pengolahan keseluruhan masalah bahasa itu disebut politik bahasa nasional
Malang, Juni 2007

JENIS KARANGAN DAN
LANGKAH-LANGKAH MENGARANG

Oleh: Masnur Muslich


JENIS KARANGAN:
Deskripsi
Narasi
Eksposisi
Argumentasi
Persuasi

1. DESKRIPSI: Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/ keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.

Contoh deskripsi berisi fakta:
Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di empat kecamatan masih terdapat hutan yang masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil, lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah contoh primata yang menarik untuk bahan penelitian dan objek wisata.

Contoh deskripsi berupa fiksi:
Salju tipis melapis rumput, putih berkilau diseling warna jingga; bayang matahari senja yang memantul. Angin awal musim dingin bertiup menggigilkan, mempermainkan daun-daun sisa musim gugur dan menderaikan bulu-bulu burung berwarna kuning kecoklatan yang sedang meloncat-loncat dari satu ranting ke ranting yang lain.

Topik yang tepat untuk deskripsi misalnya:
Keindahan Bukit Kintamani
Suasa pelaksanaan Promosi Kompetensi Siswa SMK Tingkat Nasional
Keadaan ruang praktik
Keadaan daerah yang dilanda bencana

Langkah menyusun deskripsi:
Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
Tentukan tujuan
Tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan
Susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam urutan yang baik, apakah urutan lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan
Kembangkan kerangka menjadi deskripsi

2. NARASI: Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.

Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman.
Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.

Pola narasi secara sederhana: awal – tengah – akhir
Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Contoh narasi berisi fakta:
Ir. Soekarno

Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama adalah seorang nasionalis. Ia memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya menentang penjajah.
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang

Contoh narasi fiksi:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.




Langkah menyusun narasi (fiksi):
Langkah menyusun narasi (fiksi) melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide.
Cerita dirangkai dengan menggunakan “rumus” 5 W + 1 H. Di mana seting/ lokasi ceritanya, siapa pelaku ceritanya, apa yang akan diceritakan, kapan peristiwa-peristiwa berlangsung, mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan bagaimana cerita itu dipaparkan.

3. EKSPOSISI: Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.

Contoh:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan.
Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.

Topik yang tepat untuk eksposisi, antara lain:
Manfaat kegiatan ekstrakurikuler
Peranan majalah dinding di sekolah
Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.

Catatan: Tidak jarang eksposisi berisi uraian tentang langkah/ cara/ proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Contoh paparan proses:
Cara mencangkok tanaman:
1. Siapkan pisau, tali rafia, tanah yang subur, dan sabut secukupnya.
2. Pilihlah ranting yang tegak, kekar, dan sehat dengan diameter kira-kira 1,5 sampai 2 cm.
3. Kulit ranting yang akan dicangkok dikerat dan dikelupas sampai bersih kira-kira sepanjang 10 cm.

Langkah menyusun eksposisi:
Menentukan topik/ tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

4. ARGUMENTASI: Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.

Contoh:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.

Tema/ topik yang tepat untuk argumentasi, misalnya:
Disiplin kunci sukses berwirausaha
Teknologi komunikasi harus segera dikuasai
Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial

Langkah menyusun argumentasi:
Menentukan topik/ tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi

5. PERSUASI: Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.

Contoh persuasi:
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga.

Topik/ tema yang tepat untuk persuasi, misalnya:
Katakan tidak pada NARKOBA
Hemat energi demi generasi mendatang
Hutan sahabat kita
Hidup sehat tanpa rokok
Membaca memperluas cakrawala

Langkah menyusun persuasi:
Menentukan topik/ tema
Merumuskan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan
Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi






Contoh Kerangka Karangan (Outline)

Contoh Versi 1:

Topik : Pengaruh Makanan Bergizi bagi Kesehatan
Kerangka :
I.Pendahuluan
A.Latar belakang
1.Situasi kesehatan masyarakat saat ini
2.Upaya-upaya menuju kesehatan masyarakat
3.Dampak ketidaktahuan masyarakat terhadap pemeliharan kesehatan
4.Perlunya pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan lewat makanan sehat
B.Permasahan
1.Apa saja kegunaan makanan bagi kesehatan
2.Bagaimana pengaruh gizi bagi kesehatan
3.Dari mana sumber-sumber zat gizi
C.Tujuan Pembahasan
1.Menguraikan kegunaan makanan bagi tubuh
2.Menjelaskan pengaruh gizi bagi kesehatan
3.Menjelaskan sumber-sumber zat gizi
II.Kegunaan makanan bagi tubuh
A.Membangun, memelihara, dan memperbaiki bagian-bagian tubuh
1......
2.Dst
B.Memberi tenaga kepada tubuh
1......
2.Dst
C.Memberi bahan untuk mengatur proses-proses dalam tubuh
1......
2.Dst
III.Gizi dan pengaruhnya terhadap kesehatan
A.Guna zat-zat gizi
1......
2.Dst
B.Akibat gizi lebih
1......
2.Dst
C.Akibat gizi kurang
1......
2.Dst
IV.Sumber zat-zat gizi
A.Bahan makanan sumber tenaga
1......
2.Dst
B.Bahan makanan sumber protein/zat pembangun
1. .....
2. Dst
C. Bahan makanan sumber mineral dan vitamin/zat pengatur
1. .....
2. Dst
2.Penutup
A. Pengaturan pola makanan memang penting bagi kesehatan
B. Pemahaman terhadap sumber-sumber gizi akan dapat membantu pengaturan pola makan yang benar

Contoh Versi 2:

Topik : Pentingnya Swasembada Bahan Makanan untuk Kepentingan Ketahanan dan Pertahanan Negara
Kerangka :
I.Pedahuluan: Hakikat Ketahanan dan Pertahanan Negara
A. Pengertian ketahanan negara
B. Pengertian pertahanan negara
II.Swasembada bahan makanan
A.Pengertian swasembada bahan makanan
B.Jenis-jenis makanan
III.Pentingnya swasembada bahan makanan
A.Bagi ketahanan negara
B.Bagi pertahanan negara
C.Bagi pengurangan impor bahan makanan
IV.Peningkatan intensifikasi tanaman
A.Pengertian intensifikasi tanaman
B.Jenis tanaman pangan
1.tanaman padi
2.tanaman palawija
3.tanaman sayuran
4.dan lain-lain
C.Usaha yang menunujang
1.perluasan sistem pengairan
2.pengadaan pupuk yang cukup dan merata
3.pembentukan KUD
V.Penutup: Swasembada bahan makanan memang penting
A.Apabila swasembada bahan makanan dilaksanakan
B.Apabila swasembada bahan makanan tidak dilaksanakan
C.Mengajak para pembaca untuk berpartisipasi aktif


Catatan:
1.Topik harus menghubungkan dua variabel
2.Rumusan topik harus spesifik
3.Kerangka karanan harus mencerminkan cakupan bahasan pada topik
4.Karena topik ada dua variabel, kerangkanya bisa membahas satuan-satuan setiap variabel dan hubungan keduanya.
5.Tugas pembuatan kerangka diketik komputer (tidak ditulis tangan).

1 komentar:

  1. saya rasa ini lumayan baik untuk kita sebagai siswa-siswi untuk mempelajarinya...

    BalasHapus