Karya Tulis Ilmiah atau KTI merupakan karya tulis yang disusun oleh mahasiswa sebagai salah satu persyaratan akhir pelulusan program pendidikan Diploma 3 (D3). Sebagai karya puncak atau karya monumental, sangatlah logis kalau penulisan KTI ini memerlukan tenaga dan pikiran ekstra bagi yang bersangkutan, terutama bagi yang kurang terbiasa atau kurang mampu tulis-menulis. Tetapi, kekurangmampuan ini tidak layak dipakai sebagai alasan untuk menyurutkan niat dan tekadnya untuk menulis KTI. Sebab, tulis-menulis – termasuk menulis KTI – merupakan kegiatan yang bisa dipelajari dan diterampilkan dengan cara berlatih dan berlatih. Dengan membaca buku ini, dan mempraktikkan setiap langkah yang disarankan, Anda (khususnya mahasiswa program D3 Kesehatan) diharapkan bisa mewujudkan KTI yang (sebelumnya) Anda anggap berat itu.
Mengapa KTI menjadi pilihan?
Sebagai anggota komunitas akademik, Anda tidak mungkin lepas dari kegiatan ilmiah, baik dalam bentuk kegiatan lisan (diskusi, seminar, loka karya) maupun kegiatan tulis-menulis (menyusun laporan, makalah, KTI, skripsi, tesis, disertasi). Serangkaian kegiatan yang telah mentradisi di lingkungan perguruan tinggi ini pada dasarnya adalah forum atau sarana penyampaian informasi baru, gagasan, kajian, atau temuan hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang-bidang keilmuan yang digelutinya. Lewat forum inilah Anda diharapkan bisa lebih memahami, mendalami, dan mengembangkan disiplin ilmunya. Oleh karena itu, akan naif kalau ada mahasiswa – termasuk Anda – dengan sengaja menghindari kegiatan-kegiatan ilmiah tersebut.
Penulisan KTI juga merupakan bagian dari kegiatan pendalaman disiplin ilmu lewat kegiatan tulis-menulis bagi mahasiswa program D3. Bahkan, karena pentingnya kegiatan ini, kadar kelulusan atau ketuntasan program D3 ini ditentukan oleh kualitas hasil KTI yang disusunnya. Mengapa demikian? Karena KTI merupakan karya akhir atau karya puncak yang dianggap bisa memberikan indikator kadar pemahaman atau ketercapaian disiplin ilmu mahasiswa yang bersangkutan.
Beberapa perguruan tinggi memang ada yang memberikan pilihan jalur bagi mahasiswanya untuk menyelesaikan tugas akhir program D3, yaitu jalur KTI dan jalur non-KTI (jalur seminar). Mahasiswa bisa memilih satu di antara dua jalur yang ditawarkan. Mahasiswa yang merasa tidak mampu memilih jalur KTI, cenderung memilih jalur non-KTI. Ada kesan bahwa mahasiswa yang memilih jalur non-KTI hanya demi target lulus, tidak mementingkan kualitas dan prospek masa depan. Kesan ini rupanya tidak bertepuk sebelah tangan. Buktinya, tidak sedikit lembaga penerima lulusan (baik lembaga pemerintah maupun swasta) ketika merekrut tenaga hanya mau menerima lulusan D3 dari jalur KTI dengan indeks prestasi tertentu. Hal ini berarti bahwa mahasiswa yang memilih jalur non-KTI akan menerima perlakuan berbeda dalam dunia ketenagakerjaan. Padahal, sebagian besar tujuan mereka menempuh program D3 adalah ingin bekerja secara mapan demi peningkatan kehidupan pada masa mendatang.
Pada sisi lain, manfaat akademis yang bisa segera Anda peroleh apabila memilih jalur KTI adalah sebagai berikut.
- Anda terpacu membaca secara efektif.
- Anda terlatih menggabungkan hasil bacaan, menyarikan, dan mengembangkannya.
- Anda terbiasa melacak atau mencari informasi di perpustakaan.
- Anda terbiasa menemukan fakta, mengorganisasikan, dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis.
- Anda terbiasa berpikir ilmiah, baik secara induktif, deduktif, maupun penggabungan keduanya.
- Anda akan mendapatkan kepuasaan intelektual.
- Anda akan turut andil dalam membuka cakarawala iptek bagi masyarakat.
Apa perbedaan KTI dan jenis karya ilmiah lain?
Terdapat berbagai jenis karya (tulis) ilmiah yang selama ini sering didengar oleh kalangan mahasiswa, yaitu makalah, kertas kerja, artikel, KTI, skripsi, tesis, dan disertasi. Apa perbedaannya?
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah dalam bidang tertentu yang pembahasaanya berdasarkan data empiris dan objektif di lapangan, dan yang penyajianya mengikuti proses berpikir deduktif atau induktif. Makalah biasanya disusun mahasiswa untuk melengkapi tugas terstruktur atau tugas akhir mata kuliah tertentu untuk memberikan ulasan pemecahan suatu masalah secara ilmiah. Dengan demikian, walaupun merupakan bentuk paling sederhana di antara karya tulis yang ada, makalah juga memiliki ciri-ciri sebagai karya ilmiah, yaitu objektif, netral, faktual, sistemis, dan logis.
Kertas kerja, seperti halnya makalah, juga karya ilmiah yang menyajikan bidang tertentu yang pembahasannya berdasarkan data empiris dan objektif di lapangan, dan penyajiannya mengikuti proses berpikir deduktif atau induktif. Hanya saja, analisis dalam kertas kerja lebih mendalam dan aplikatif. Karena sifat analisis yang demikian, kertas kerja ini layak dipakai sebagai bahan sajian dalam seminar atau loka karya (sanggar kerja, work shop).
Artikel juga karya ilmiah yang menyajikan bidang tertentu yang pembahasannya berdasarkan data empiris dan objektif di lapangan, dan penyajiannya mengikuti proses berpikir deduktif atau induktif. Hanya saja, karena dipersiapkan untuk dimuat di jurnal atau majalah ilmiah, sajiannya mengikuti pola atau format yang dikehendaki tim redaksi majalah tersebut. Beberapa perguruan tinggi ada yang mewajibkan mahasiswanya menulis artikel yang didasarkan pada KTI yag telah dibuatnya untuk diterbitkan dalam Jurnal Kumpulan Hasil Peneliitan Mahasiswa.
KTI, sebagaimana telah diulas pada awal bab ini, adalah karya ilmiah yang ditulis mahasiswa program D3 yang membahas topik atau bidang tertentu berdasarkan hasil kajian pustaka yang ditulis oleh para ahli, hasil penelitian lapangan, atau hasil pengembangan (eksperimen). Dalam pengerjaan KTI, mahasiswa dibimbing oleh minimal satu orang dosen pembimbing yang ditunjuk oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. Pembimbingan ini dimaksudkan agar hasil KTI mahasiswa berkualitas baik dari segi isi maupun teknik penyampaiannya.
Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis mahasiswa program S1 yang membahas topik atau bidang tertentu berdasarkan hasil kajian pustaka yang ditulis oleh para ahli, hasil penelitian lapangan, atau hasil pengembangan (eksperimen). Dalam pengerjaan skripsi, mahasiswa dibimbing oleh minimal dua orang dosen pembimbing yang ditunjuk oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. Pembimbingan ini dimaksudkan agar hasil skrpsi mahasiswa berkualitas baik dari segi isi maupun teknik penyampaiannya.
Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program S2 (master) pada akhir studinya. Pembahasan topik pada tesis lebih mendalam daripada KTI. Oleh karena itu, pembahasan suatu topik yang hanya terbatas pada studi pustaka yang biasa terdapat pada KTI, tidak dilakukan dalam tesis. Topik tesis lebih mengarah pada penelitian lapangan dan pengembangan (eksperimen). Temuan-temuan dari penelitian lapangan dan pengembangan (eksperimen) dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada, dan sebagai dasar untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program S3 (doktor) yang mengemukakan dalil atau teori baru berdasarkan hasil temuan lapangan, baik lewat penelitian maupun pengembangan (eksperimen). Temuan-temuan baru ini akan diterima di kalangan komunitas akademik setelah dipertanggungjawabkan atau dipertahankan di hadapan forum ujian senat guru besar pada perguruan tinggi yang bersangkutan. Oleh karena itu, temuan teori pada disertasi bisa dianggap sebagai temuan yang orisinal.
Apa ciri KTI?
KTI berbeda dengan karya tulis jurnalistik. KTI juga berbeda dengan karya tulis prosa fiksi. Perbedaan itu terlihat pada hal-hal berkut.
Apabila karya tulis jurnalistik mendeskripsikan objek atau menceritakan peristiwa sebagai tujuan utama penulisan, KTI mendeskripsikan objek atau menceritakan peristiwa sebagai bukti yang mendasari penyimpulan sebuah teori. Oleh karena itu, tugas jurnalis adalah “memfoto” fenomena apa adanya, tanpa diikuti komentar atau analisis teori. Sebaliknya, tugas ilmuwan atau akademisi adalah menganalisis fenomena berdasarkan teori tertentu.
Apabila karya tulis prosa fiksi menonjolkan ekspresi emosi atau perasaan, KTI menonjolkan ekspresi akal pikiran. Oleh karena itu, pengarang prosa fiksi bebas mengekspresikan imajinasinya yang subjektif. Sebaliknya, penulis KTI bebas mengekspresikan analisis logis yang objektif.
Apa pun jenis karya ilmiah yang ditulis oleh ilmuwan atau akademisi – sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya – harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
Objektif. Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga, setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek kebenaran dan keabsahanya.
Netral. Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat ‘mengajak’, ‘membujuk’, atau ‘mempengaruhi’ pembaca dihindarkan.
Sistematis. Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
Logis. Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.
KTI yang yang Anda susun juga harus mempunyai ciri-ciri di atas. Satu ciri saja terabaikan, akan menurunkan kualitas KTI Anda.
Apa itu sikap ilmiah?
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, lokakarya, dan penulisan karya ilmiah, termasuk dalam penulisan KTI. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya, dan seterusnya.
Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.
Sikap ilmiah ini juga harus ada pada diri Anda ketika menyusun KTI. Kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan sikap ilmiah harus Anda buang jauh-jauh, misalnya sikap menonjolkan diri dan tidak menghargai pendapat orang lain, sikap ragu dan mudah putus asa, sikap skeptis dan tak acuh terhadap masalah yang dihadapi.
Apa jenis KTI Anda?
Berdasarkan bahan kajian dan tipe pembahasaannya, KTI dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu
- KTI berdasarkan hasil kajian pustaka,
- KTI berdasarkan hasil penelitian lapangan, dan
- KTI berdasarkan hasil pengembangan.
Yang dimaksud dengan kajian pustaka ialah kajian atau pembahasan suatu topik yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah yang berpijak pada pengkajian kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Bahan-bahan yang berupa informasi teoretis, penjelasan teknis, atau temuan aplikatif dari berbagai sumber pustaka ini dianalisis secara kritis dan disajikan dengan sistematika baru sesuai dengan keperluan tertentu. Dengan demikian, bahan-bahan pustaka ini diposisikan sebagai sumber ide atau sumber inspirasi yang dapat membangkitkan gagasan atau pemikiran baru. Oleh karena itu, pola pikir deduktif sering diterapkan dalam KTI jenis kajian pustaka ini.
Yang dimaksud dengan penelitian lapangan ialah jenis penelitian yang berorientasi pada pengumpulan data empiris di lapangan. Berdasarkan data empiris inilah peneliti melakukan analisis secara mendalam sesuai dengan teori yang relevan dan melakukan simpulan. Ditinjau dari pendekatannya, penelitian lapangan ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang pada dasarnya mengggunakan pola nalar deduktif-induktif, yaitu pola nalar yang berangkat dari kerangka teori, gagasan para ahli, atau pemahaman penelitian, kemudian dikembangkan menjadi serangkaian permasalahan dan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan. Semetara itu, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan mengungkap gejala atau fenomena secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami sebagai sumber langsung lewat keterlibatan peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pola nalar induktif. Oleh karena itu, gambaran proses dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Dengan demikian, KTI jenis penelitian lapangan ini ada dua jenis, yaitu KTI penelitian lapangan kuantitatif dan KTI penelitian lapangan kualitatif.
Yang dimaksud dengan pengembangan ialah perancangan kegiatan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan aktual dengan memanfaatkan teori-teori, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian yang relevan. Oleh karena itu kegiatan pengembangan ini bersifat praktis-pragmatis. KTI berjenis pengembangan ini memiliki perbedaan bila dibanding dengan KTI berjenis penelitian lapangan. Apabila KTI berjenis penelitian lapangan berupaya menguji jawaban yang ajukan terhadap suatu masalah, KTI berjenis pengembangan berupaya menerapkan pemecahan suatu masalah.
Dari ketiga jenis KTI tersebut, mana yang Anda pilih? Jawabannya tergantung pada jenis topik yang akan Anda kembangkan dalam KTI. Anda tidak perlu memaksakan ke jenis KTI tertentu. Yang penting, ikuti langkah-langkah penulisan KTI berikut.
Apa saja langkah umum penulisan KTI?
Apabila Anda telah mantap untuk memilih jalur penulisan KTI, langkah-langkah umum yang Anda lakukan adalah:
- pemilihan topik KTI,
- penyusunan kerangka KTI,
- pengumpulan bahan KTI, dan
- penulisan KTI,
Keempat langkah tersebut dikatakan langkah umum karena setiap langkah masih ada tahapan-tahapan kegiatan teknis yang Anda lakukan. Anda tidak perlu risau dengan langkah-langkah ini karena setiap langkah Anda akan dipandu lewat pembahasan pada bab-bab berikutnya. Yang penting, Anda mengikuti setiap langkah yang disarankan.
Bagaimana peran pembimbing yang telah ditunjuk oleh kampus untuk membimbing penyusunan KTI Anda? Panduan ini tidak akan mengurangi peran pembimbing Anda. Bahkan, panduan ini bersinergi dengan peran pembimbing. Setiap saran yang disampaikan pembimbing bisa dengan segera Anda tindak lanjuti dengan berpedoman pada panduan ini. Jadi, panduan ini akan mempercepat dan mempertepat kinerja Anda dalam penyusunan KTI.
Salam Pak. Saya mau tanya apa benar bila orang yang mengerjakan makalah pada study S1 tidak dapat melanjutkan kuliah S2
BalasHapusTerima kasih Pak atas kunjungan Bapak ke web MGMP Bahasa Indonesia Kota Malang....
BalasHapusJika Bapak mempunyai waktu senggang berkunjunglah ke blog saya: http://lilisindrawati.blogspot.com
Saya mahasiswa Bapak di JPBSI IKIP Malang angkatan 90.
Terima kasih...
Terima kasih atas kunjungan Bapak ke blog MGMP Bahasa Indonesia SMA KOta Malang.
BalasHapusKalau Bapak sempat moho berkunjung pula ke blog saya:http://lilisindrawati.blogspot.com
Terima kasih
assalamu.alaikum pak
BalasHapussaya dulu adalah mahasiswa bapak waktu bapak mengajar fonologi tahun 2004, sekarang saya sudah lulus dan mengajar di SMPIT dan MTs. saya ucapkan terimakasih atas bimbingan bapak yang bapak berikan pada kami sewaktu kuliah dulu..
hormat saya